Senin, 14 September 2020

PENDEKATAN DALAM APRESIASI SASTRA INDONESIA

 

PENDEKATAN DALAM APRESIASI SASTRA INDONESIA

 

Di Susun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Apresiasi Sastra Indonesia Di SD

Dosen Pengampu : Teguh Prasetyo, M.Pd

 

Disusun oleh :

 

Elva Triana                                        ( H.1711031 )

Fera AzizahWicaksana                     ( H.1711159 )

Yuliana Marfungatun Nikmah        ( H.1710415 )

Pitaria Devi Putri Sijabat                 ( H. 1711108 )

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2020

                                                          

KATA PENGANTAR

  

Puji dan syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita semua nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Apresiasi Sastra Indonesia dengan judul  Apresiasi Prosa Fiksi”.

Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini baik itu masalah waktu, sarana, dan lain lain. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami harapkan makalah ini nantinya akan berguna bagi para pembaca, terima kasih.

 


Bogor, 09 April 2020

 

 

Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

            A.    Latar Belakang

Prosa dalam kesusastraan sering disebut juga dengan istilah fiksi. Kata prosa diambil dari Bahasa Inggris, yakni Prose. Prosa atau fiksi memiliki sebuah arti kata naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan atau dapat juga berarti suatu kenyataan yang lahir berdasarkan kenyataan.

(Sudjiman, 1984 : 17) menyatakan bahwa fiksi adalah ceritaa rekaan, kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau Imajinasi. Jika berbicara fiksi, maka konteksnya mengingatkan pada karya sastra. Sebaliknya jika berbicara karya sastra, maka konteks tersebut akan mengarahkan pada sebuah karya sastra yang bersifat fiktif.

Secara umum prosa/fiksi memiliki arti sebuah cerita rekaan yang kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema, dan pusat pengisahan yang keseluruhannya dihasilkan oleh daya imajinasi pengarang.

Cerita fiksi dapat memancing imajinasi seseorang dalam membuat atau menciptakan sebuah cerita. Cerita fiksi di kategorikan ke dalam salah satu karya tulis non ilmiah. Karena cerita ini bersifat subjektif artinya tidak terjadi di dunia nyata sama sekali. Karena subjektiflah, cerita ini bisa membawa kita untuk berimajinasi.

Tokoh, peristiwa, dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah bersifat imajinatif, sedang pada karya nonfiksi bersifat factual. Sebagai karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan, yang dituangkan secara sungguh-sungguh melalui perenungan yang intens dan bukan hanya sebagai hasil lamunan saja, tetapi penuh tanggung jawab dan kesadaran kreativitas yang diungkapkan kembali melalui sarana fiksi.

(Muliadi, 2017 : 1) mengatakan bahwa fiksi atau prosa adalah “ salah satu jenis gengre sastra, di samping gengre lainnya. Gengre lain yang di maksud ialah puisi dan drama. Prosa termasuk karya sastra yang disebut cerpen, cerber, dan novel “.

            B.     Rumusan Masalah  

1.        Jelaskan hakikat dari apresiasi sastra prosa fiksi?

2.        Apa saja bentuk-bentuk pengajaran apresiasi prosa fiksi?

3.        Manfaat apresiasi sastra pada prosa fiksi?

            C.    Tujuan Penulisan

Untuk mendeskripsikan hakikat sebuah cerita prosa baik itu dalam cerita fiksi atau non fiksi.

BAB II

PEMBAHASAN

             A.    Hakikat dari apresiasi sastra

Kata apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti menghargai, mengindahkan. Dalam perkembangannya istilah itu mengacu pada kualifikasi aktifvitas tertentu seperti memahami dan menyenangi, memberikan penghargaan dengan nilai tinggi, menjadi peka, menaksir dan menghargai secara kritis.[1]

Dengan demikian apresiasi sastra adalah memberikan penilaian terhadap karya sastra. Ketika mengapresiasikan sebuah karya sastra, maka hal-hal yang harus dilakukan berupa pengamatan, penilaian, dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra tersebut.

Bentuk apresiasi sastra yang diharapkan dapat berwujud kegiatan langsung maupun tak langsung. Apresiasi yang pertama dapat diwujudkan dengan cara membaca dan atau menikmati karya-karya sastra kreatif secara langsung, dengan segala bentuk dan ragamnya. Dalam membaca sebuah novel, misalnya sebaiknya para siswa langsung dihadapkan pada karya karya novel yang dianjurkan dan bukan melalui sinopsisnya seperti yang sering dilakukan di sekolah-sekolah. Adapun bentuk apresiasi yang kedua bisa dilakukan melalui berbagai cara yang dipandang dapat menunjang penikmatan dan atau pemahaman terhadap suatu karya kreatif. Bentuk-bentuk apresiasi sastra tak langsung itu, antara lain melalui membaca berbagai kritik sastra atau ulasan para ahli, menonton film atau sinetron yang diangkat dari sebuah novel atau drama, menonton pagelaran teater, mendokumentasikan karya-karya sastra, melaksanakan kegiatan baca puisi dan deklamasi, atau menyelenggarakan lomba baca maupun lomba cipta karya sastra kreatif seperti puisi dan cerpen.[2]

Tujuan dari apresiasi pengajaran prosa fiksi adalah untuk menumbuhkan pemahaman, penghayatan, dan penikmatan terhadap  cipta sastra guna memperluas wawasan kehidupan, mempertajam kepekaan perasaan, kepekaan dan kesadarean sosial serta religi. Idsamping itu juga memperhalus budi pekerti dan memperkaya pengetahuan dan keterampilan berbahasa.

 

B.     Bentuk-bentuk pengajaran apresiasi prosa fiksi

        Dengan didasarkan pada konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran apresiasi                 sastra yang diuraikan di atas, di bawah ini penulis contohkan teknik-teknik                             penerapannya. 

1.      Apresiasi Melalui Pembacaan Cerpen 

Untuk melakukan pembelajaran ini, tahap-tahapnya dapat mengacu pada model pembelajaran yang dikemukakan H.L.B. Moody, yang terdiri atas pelacakan pendahuluan, penentuan sikap praktis, introduksi, penyajian, diskusi, dan pengukuhan, sementara metode dan tekniknya bisa dikembangkan sendiri.  Pelacakan pendahuluan dan penentuan sikap praktis merupakan tahap persiapan (perencanaan) sebelum guru melaksanakan  pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru memilih bahan yang akan diapresiasikan. Pemilihan bahan, dalam hal ini  karya cerpen, tentunya mengacu pada kesesuaiannya dengan siswa. Guru memutuskan cerpen apa yang akan disajikan. Oleh karena metode penyajian serpen itu akan dilakukan lewat pembacaan cerpen, guru hendaknya memilih cerpen yang lebih banyak unsur dialog daripada narasi agar menarik siswa.  Pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas, pertama-tama tentunya guru melakukan introduksi, yang dimulai dengan apersepsi hingga memberi pengantar tentang pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan tersebut. Setelah introduksi ini jelas bagi siswa, guru membagikan teks cerpen kepada siswa. 

Langkah berikutnya yang merupakan tahap penyajian, (1) guru mengajak siswa untuk membaca cerpen tersebut dalam hati dalam beberapa menit. (2) Apabila siswa selesai membaca, guru bertanya apakah siswa dapat menangkap/memahami cerpen tersebut. Guru dapat menanyakan barangkali ada bagian-bagian yang sulit dipahami siswa, baik dari segi bahasanya, maupun dari segi lainnya. (3) Guru mengajak siswa untuk melakukan pembacaan cerpen oleh beberapa orang siswa. Guru mengajak kelas untuk menentukan para pembaca cerpen tersebut sesuai dengan jumlah tokoh yang ada dalam cerpen, dan menentukan siapa saja yang menjadi tokohtokoh tersebut. Tidak lupa pula ditentukan naratornya. (4) Guru menjelaskan secara singkat kepada siswa teknik pembacaan cerpen, baik dari segi vokal, gestur, maupun mimik. (5) Guru meminta siswa yang telah ditentukan sebagai pembaca cerpen untuk maju ke depan kelas dan membacakan cerpen sesuai dengan perannya masing-masing dengan mengeksplorasi teknik pembacaan cerpen, baik dari segi vokal, gestur, maupun mimik.  Setelah pembacaan cerpen selesai, guru mengajak siswa berdiskusi tentang cerpen tersebut..

            Dengan bertanya jawab, guru menanyakan (1) keterlibatan jiwa siswa dengan cerpen tersebut. Misalnya dengan menanyakan kesan dan perasaan siswa tentang cerita dalam cerpen tersebut, perasaan terhadap tokoh-tokohnya, dan lain-lain; (2) penilaian siswa tentang kemampuan teknis pengarang dalam mengolah unsur-unsur cerpen; (3) relevansi cerpen tersebut dengan kehidupan siswa pribadi, maupun kehidupan masyarakat secara luas.  Berikutnya adalah tahap pengukuhan, yang merupakan penguatan terhadap PBM di atas. Guru dapat memberi tugas, misalnya menyuruh siswa menuliskan kembali keterlibatan jiwa mereka dengan cerpen tersebut. Teknik di atas dapat dieksplorasi lagi dan divariasikan oleh para guru, misalnya teknik pembacaan cerpennya disajikan menggunakan media pemutar audio/video (tape recorder, vcd atau dvd  player), atau seseorang yang sengaja diundang guru ke kelas sebagai yang bisa dijadikan model. Tentang materi yang didiskusikan, guru bisa menyesuaikannya dengan kompetensi dasar. 

2.      Mendengarkan Dongeng 

Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara, misalnya, guru mendongeng menggunakan alat peraga. Apabila siswa telah menyimak ceritanya, guru meminta siswa bermain peran tentang cerita yang didongengkan guru, lalu mengungkapkan hal-hal menarik dari dongeng tersebut. 

3.      Menulis Cerpen /Dongeng 

Pembelajaran ini dapat dilakukan melalui serangkaian metode, seperti:  copy the master. Caranya, guru memenggal sebuah cerpen, lalu menyuruh siswa untuk melanjutkannya dengan imajinasi masing-masing;  guru mengajak siswa bermain peran yang permainan ini melahirkan cerita. Cerita tersebut sudah terbentuk unsur-unsurnya, namun akhir cerita dibiarkan menggantung. Siswa diminta untuk mengembangkannya dengan menulis cerpen/dongeng. 

C.     Pengertian Prosa dan Jenis-jenis Prosa

Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Karya sastra fiksi atau biasa disebut cerita rekaan, merupakan salah satu jenis karya sastra yang beragam prosa. Adapun pengertian prosa fiksi menurut Aminuddin dalam Djuanda dan Iswara (2006:158) adalah “kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasilimajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita”.  

1.      Jenis-jenis Prosa 

a.       Prosa Modern

       Yang termasuk kedalam prosa modern yaitu :

a)      Cerita pendek/cerpen, adalah cerita berbentuk prosa yang pendek.

b)      Novelet, adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel.

c)      Novel/roman, adalah cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahnpermasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-unsurnya secara lebih luas dan rinci.

d)      Cerita anak, adalah cerita yang mencakup rentang umur pembaca beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14) tahun.

e)      Novel remaja (chicklit dan teenlit), adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja.   

b.      Prosa lama Yang termasuk kedalam prosa lama yaitu :

a)   Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.

b)  Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatang yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain.

c)       Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.

d)      Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.

e)       Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.

f)   Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.

g)     Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil 

2.      Unsur Cerita Fiksi 

Teks cerita fiksi adalah karya sastra yang berisi cerita rekaan atau didasari dengan angan-angan (fantasi) dan bukan berdasarkan kejadian nyata, hanya berdasarkan imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang diolah berdasarkan pengalaman, wawasan, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, penilaian nya terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata. Cerita fiksi atau Fiksi sering dimaknai sebagai cerita khayalan. Secara umum fiksi lebih sering dikaitkan dengan cerita pendek atau novel. Karya fiksi, sebagaimana bentuk karya sastra yang lainnya, seperti drama 2 dan puisi, dibangun atas unsur-unsur yang juga menandai kekhasan bentuk karya tersebut. Dalam cerita fiksi unsur-unsur pembangunnya antara lain adalah plot, karakter, tema, latar, dan sudut pandang.

Penulisan cerita fiksi yang bagus sekiranya harus memiliki lima unsur. Kesemua unsur tersebut adalah bahan paling penting untuk kita gunakan dalam membuat cerita fiksi yang memikat, indah, menawan, memukau, sehingga membuat pembaca begitu betah berlama-lama membaca cerita kita. 

Jenis cerita fiksi ada 3, yaitu: 1. Novel, yaitu sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif. 2. Cerpen, yaitu suatu bentuk prosa naratif fiktf yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya. 3. Roman 

a.       Unsur-unsur cerita fiksi Berikut ini :

        unsur intrinsik yang membangun cerita fiksi dimana unsur ini ada di dalam       cerita fiksi.

a)   Tema, yaitu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks.

b)   Tokoh, yaitu pelaku dalam karya sastra. Karya sastra dari segi peranan dibagi menjadi dua, yakni  tokoh utama dan tokoh tambahan.

c)   Alur/Plot, yaitu cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan  secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.

d)   Konflik, yaitu kejadian yang tergolong penting, merupakan sebuah unsur yang sangat.diperlukan dalam mengembangkan plot.

e)   Klimaks, yaitu saat sebuah konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sebuah yang tidak dapat dihindari.

f)   Latar, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

g)      Amanat, yaitu pemecahan yang diberikan pengarang terhadap persoalan di dalam sebuah karya sastra.

h) Sudut pandang, yaitu cara pandang pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

i)       Penokohan, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. 

Sedangkan unsur ekstrinsik yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri, berikut ini.

a)      Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap.

b)      Keyakinan

c)  Pandangan hidup yang keseluruhan itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

d)      Psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan mempengaruhi karya sastra.

e)      Pandangan hidup suatu bangsa.

f)       Berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.


b.      Struktur Teks Cerita Fiksi

Jika kamu mengetahui struktur cerpen, maka itu tidak jauh berbeda dengan struktur penyusun teks cerita fiksi. Dimana struktur cerita fiksi terdiri 6 unsur berikut:

a)   Abstrak, bagian ini adalah opsional atau boleh ada maupun tidak ada. Bagian ini menjadi inti dari sebuah teks cerita fiksi.

b) Orientasi, berisi tentang pengenalan tema, latar belakang tema serta tokohtokoh didalam novel. Terletak pada bagian awal dan menjadi penjelasan dari teks cerita fiksi dalam novel.

c)    Komplikasi, merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada bagian ini mulai muncul berbagai permasalahan, biasanya komplikasi disebuah novel menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca.

d) Evaluasi, bagian dalam teks naskah novel yang berisi munculnya pembahasan pemecahan atau pun penyelesaian masalah.

e) Resolusi, merupakan bagian yang berisi inti pemecahan masalah dari masalahmasalah yang dialami tokoh utama.

f)   Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan moral positif yang bisa dipetik dari sebuah naskah teks cerita fiksi. 

 

3.      Kaidah Kebahasaan

Agar kamu bisa membedakan teks cerita fiksi dengan yang lain, 3 ciri kaidah kebahasaan berikut harus diketahui:

a. Metafora, merupakan perumpamaan yang sering digunakan untuk membandingkan sebuah benda atau menggambarkan secara langsung atas dasar sifat yang sama.

b.      Metonimia, merupakan gaya bahasa yang digunakan, kata-kata tertentu dipakai sebagai pengganti kata yang sebenarnya, namun penggunaan nya hanya pada kata yang memiliki pertalian yang begitu dekat.

c.   Simile (persamaan), digunakan sebagai perbanding yang bersifat eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu hal dengan hal lainnya. Misalnya: seumpama, selayaknya, laksana.

D.    Manfaat Apresiasi Sastra

Dalam sebuah pertemuan sastra, seorang yang biasa bergelut di bidang eksak menyatakan bahwa orang yang membaca karya prosa sedang melakukan pekerjaan yang sia-sia dan tak ada artinya karena menghabiskan waktu hanya untuk membaca khayalan. Benar, karya berupa prosa-fiksi memang merupakan cerita rekaan, khayalan.Tentu saja pendapat ini tidak benar sebab jika mau disadari, kehidupan dunia berkembang karena imajinasi orang-orang jenius. Sebagai contoh teori gravitasi bumi yang ditemukan ilmuwan Issac Newton dikarenakan imajinasinya setelah melihat buah apel jatuh dari pohon.

Penemuan-penemuan di bidang teknologi pun pada awalnya terjadi karena imajinasi. Dari mulai penemuan kapal terbang hingga pesawat ulang alik, dari televisi hingga program-program komputer paling canggih saat ini, pada awalnya terjadi karena imajinasi.  Imajinasi sangat bermanfaat dalam kehidupan, termasuk imajinasi yang ada dalam cerita rekaan (karya fiksi). Cerita rekaan, karena mengandung imajinasi, dapat memperkaya imajinasi pembacanya. Kekayaan imajinasi ini akan membantu manusia lebih cerdas dan kreatif dalam membangun kehidupan.

Secara tidak langsung memang sastra memiliki manfaat dalam hal imajinasi. Berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari apresiasi prosa fiksi.

1.   Dulce et utile. Istilah tersebut diistilahkan oleh seorang filsuf Yunani bernama Horatio. Manfaat sastra disini sebagai hiburan. Hal itu terjadi karena dari cerita rekaan/prosa-fiksi orang mendapat hiburan. 

2.      Membantu pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya pandangan-pandangan kehidupan. Dalam karya prosa, sesungguhnya pengarang menyuguhkan kembali hasil pengamatan dan pengalamannya kepada pembaca. Pengalaman yang disuguhkannya itu adalah pengalaman yang sudah melalui proses perenungan dan pemahaman yang lebih tajam dan dalam. Dengan demikian, tatkala pembaca membaca karya prosanya, ia mendapatkan suatu pandangan baru tentang kehidupan yang memperkaya amatannya terhadap kehidupan yang ia kenal sehari-hari. Dalam kaitan ini, karya prosa sesungguhnya membantu pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya pandangan-pandangan tentang kehidupan.

3.      Memperkaya dan mempertajam kepekaan sosial, budaya, religi, dan batin. Intensitas dalam membaca karya prosa, pada gilirannya akan mempertajam kepekaan siswa; kepekaan sosial, kepekaan religi, kepekaan budaya, dan lain-lain. Kepekaan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan

4.      Mengasah kepribadian dan memperhalus budi pekerti. Adanya kaitan moral dengan karya sastra turut menyumbangkan manfaat dalam berapresiasi.Dalam karya sastra terkandung nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral tersebut merupakan cerminan kehidupan sehari-hari.

5.  Memperkaya kemampuan berbahasa. Media pengungkapan karya prosa adalah bahasa. Dalam menyajikan cerita dalam karyanya, pengarang berupaya menyuguhkannya dalam bahasa yang dapat menyentuh jiwa pembacanya. Untuk mencapai hal itu, para pengarang berupaya mengolah bahasa dengan sabaik-baiknya dan sedalam-dalamnya agar apa yang disampaikannya kuat mengena di hati pembaca. Mereka mencari kosakata-kosakata yang tepat yang dapat mewakili apa yang mereka inginkan, menciptakan ungkapan-ungkapan baru, menvariasikan struktur kalimat, memberi penggambaran- penggambaran yang hidup dengan bahasa, dan seterusnya. Dengan membaca karya yang telah mengandung bahasa yang terolah tersebut, pembaca diperkaya bahasanya, diperkaya rasa bahasanya, dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Hakikat apresiasi sastra yang diharapkan dapat berwujud kegiatan langsung maupun tak langsung. Apresiasi yang pertama dapat diwujudkan dengan cara membaca dan atau menikmati karya-karya sastra kreatif secara langsung, dengan segala bentuk dan ragamnya. Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Karya sastra fiksi atau biasa disebut cerita rekaan, merupakan salah satu jenis karya sastra yang beragam prosa. Adapun pengertian prosa fiksi menurut Aminuddin dalam Djuanda dan Iswara (2006:158) adalah “kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasilimajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita”.  

Pokok permasalahan merupakan suatu hal yang diangkat ke dalam sebuah karya fiksi. Pemilihan pokok permasalahan ke dalam sebuah karya fiksi biasanya ada kaitannya dengan pemilihan tema.


B.     Saran

Sebagai mahasiswa khususnya kita  yang akan menjadi Guru nantinya harus bisa menguasai apresiasi sastra khususnya bisa membedakan mana cerita fiksi yang menceritakan sesuatu yang bersifat imajinatif, dan khayalan dan non fiksi yang menceritakan sesuatu yang bersifat kenyataan.


DAFTAR PUSTAKA

 

·         Agusmita.caramenulisbuku.com/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-internet/cara menulisdaftar-p...(Diakses pada 27 Maret 2020)

·         Bayuli. 2016. Pengantar Prosa Fiksi.

·         Dirfantara, Hairuddin dan Kartika, Digna Radmila (tahun)."Hakikat prosa dan unsur-unsur cerita fiksi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mutiara

 #katakatabijak #katamutiara #katamuslimah #quotes #quotesmuslimah