Minggu, 03 Mei 2020

Konsepsi Manusia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala yang paling sempurna. Dalam pandangan Islam manusia melalui perjalanan yang sangat panjang. Namunn pada hakikatnya perjalanan yang paling panjang itu adalah perjalanan setelah kematian bukan sebelum kematian (dunia).

Potensi yang dimiliki manusiapun sangat beragam, baik yang ada dalam diri manusia maupun yang diluar diri manusia. Pada dasarnya potensi tersebut sangatlah baik jika dikembangkan dengan benar contohnya akal pikiran kita yang selalu kita pergunakan untuk berfikir. Jika otak digunakan untuk memikirkan hal baik maka potensi yang telah Allah berikan berkah untuk kita. Amin Allahumma Amin. 

Jika ditanya apakah manusia membutuhkan agama. Jawabannya jelas “YA”. Kenapa? Karena kita membutuhkan Tuhan yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. Terkadang seseorang melaksanakan shalat itu bukan karena wajib tapi karena memang dia membutuhkan hal itu. Saat shalat kita merasakan ketenangan, ketentraman dan hal menabjukan lainnya. dengan agama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manusia menurut islam?

2. Bagaimana perjalanan hidup manusia?

3. Potensi apa saja yang ada dalam diri manusia?

4. Apa hubungannya manusia dan agama?

 

 

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian manusia menurut islam

2. Untuk mengetahui perjalanan hidup manusia

3. Untuk mengetahui potensi yang ada dalam diri manusia

4. Untuk mengetahui hubungan manusia dan agama


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia Menurut Islam

            Manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki fisik, perasaa, hawa nafsu, juga akal yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya.

   لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Artinya:

“Sesungguhnya Kami Telah Menciptakan Manusia Dalam Bentuk Yang Sebaik-baiknya. (Q.S At-tin : 4)”.

Adapun istilah-istilah manusia dalam Al-qur’an adalah:

1.    Basyar

Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan kulit makhluk yang lain.

2. An-Nas

Dalam al-Quran manusia dalam pengertian an-nas disebutkan sebanyak 240 kali dengan keterangan yang jelas menunjukan pada jenis keturunan Nabi Adam as. Diantaranya terdapat dalam surat al-hujurat: 13,

3. Al-Ins/al-Insan

Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak lawan dari binatang liar, harmonis, dan tampak. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang al-Quran lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).

Kitab suci al-Quran seperti yang ditulis Bint as-Syathi dalam al-quran wa Qadhaya al-Insan sering kali memperhadapkan insane dengan jin/jan. jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk yang nyata lagi ramah.

Kata insan, digunakan al-quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara satu dengan yang lainya akibat perbedaan fisik, mental, intelektual dan juga spiritual.

4. Duriyat Adam/Bani Adam

Al-Quran tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam, yang oleh mayoritas ulama dinamai manusia pertama. Yang disampaikanya dalam konteks ini hanya (1) bahan awal manusia adalah tanah, (2) bahan tersebut adalah disempurnakan, (3) setelah proses penyempurnaannya selesai, ditiupkan kepadanya ruh ilahi [QS Al-Hijr, 15: 28-29; Shad, 38: 71-72].

2.2 Perjalanan Hidup Manusia

            Berikut ini perjalanan manusia dari asal muasalnya hingga ditempatkan di tempat yang kekal abadi:

1.        Alam arwah

Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala. setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi.                   

                           
       Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf : 172)

Dengan dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari).

2.   Alam rahim

Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa ‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke bumi.

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian ‘alaqoh selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia” (HR. Bukhari dan Muslim).

3.    Alam Dunia

Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum susu ibu lalu tubuh menjadi kanak-kanak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal dunia. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja untuk menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa kanak-kanak, sebahagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebahagian lainnya ketika sudah tua.

Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah. Dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribada. Dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.
4.  Alam Barzah

Alam berikutnya manusia akan memasuki alam barzah atau alam kubur. Di sana mereka tinggal sendirian. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari taman-taman syurga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli syurga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni syurga, maka dibukakan baginya pintu syurga setiap pagi dan petang. Hawa syurga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan petang dan dia akan merasakan hawa panas neraka.          
5.  Alam Akhirat

Dan rihlah berikutnya ialah kehidupan di hari akhirat dengan segala rinciannya. Kehidupan hari akhirat didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah padang mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusat, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang banyak yang tenggelam dengan keringatnya.

Dalam keadaan yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah Subhanahu Wata’ala. di bawah Arasy dengan memuji-muji-Nya. Kemudian Allah Subhanahu Wata’ala. berfirman: “Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan.” Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan berkata: “Ya Rabb, umatku.” Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya. Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya sekedar formalitas.
Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya.” (HR At-Tirmidzi).

Kejadian selanjutnya manusia harus melalui titian shirat, yaitu sebuah jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirat ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kala jengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan merangkak, bahkan ramai manusia jatuh ke dalam neraka jahannam.

Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut Al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus selamanya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

6.    Surga dan Neraka

Pada tahap yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk syurga dan sebagian masuk neraka. Syurga tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir, munafik dan fasik. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, syurga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan syurga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan kita diami.

Neraka adalah tempat yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya jika diletak di dunia dapat membakar semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati akan hilang penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal abadi.

2.3 Potensi Manusia

Allah menundukkan semua  yang ada di laingit dan di bumi untuk manusia sebagai persiapan  menjadi khalifah (Luqmân: 20). Wajar  jika kedudukan manusia menurut  al-Qur’an sangat tinggi dan mulia, agar dapat menjalankan risalah kehidupannya, yaitu menyebarkan kebenaran, kebaikan,  kebajikan dan  keindahan. Di antara potensi yang ada pada manusia adalah:

1. Yang terdapat di diri manusia berupa Roh Allah, Akal dan Nafsu (dorongan untuk berbuat)

2. Yang berada di luar diri manusia, yaitu al-Quran, Sunnah Rasul dan Alam Semesta.

Potensi yang pertama merupakan potensi dasar yang dengan itu potensi kedua dapat dimanfaatkan, tanpa ada potensi pertama potensi yang kedua menjadi tidak ada artinya.

ROH ALLAH

Allah berfirman dalam al-Qur’an Surat as-Sajadah ayat 9:

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.

Ayat ini berkisah tentang proses penciptaan awal manusia, di mana pada saat itu sosok manusia, yang tercipta dari lumpur, disempurnakan penciptaannya dengan “dimasukkan” roh Allah pada tubuh manusia. Dengan demikian pada setiap manusia terdapat “diri” Allah, sehingga sifat-sifat mulia Allah bersemayam dalam diri manusia.

Roh tersebut bersemayam dalam qalbu manusia, dan akan memancar ke luar dalam bentuk perbuatan baik manusia (amal sholeh). Pancaran Roh Allah akan memancar dengan terang benderang apabila qalbu manusia tidak ditutupi oleh keinginan-keinginan duniawi. Di sinilah makna ikhlas terwujud dengan semestinya. Maksudnya bahwa setiap keinginan-keinginan duniawi harus dalam rangka mendapatkan ridho Allah, tapi kalau yang kita harapkan selain ridho Allah maka hal itulah yang akan menutupi qalbu manusia. Maka sangat wajar terjadi bila banyak manusia yang sholat tapi perbuatan munkar masih pula dilakukan, karena keikhlasan sholatnya belum sepenuhnya tercapai. Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan ibadah lainnya harus disertai dengan keikhlasan yang sempurna.

Jadi, potensi Roh Allah adalah sangat strategis bagi manusia dalam mengarungi dinamika kehidupan, hanya orang-orang bodoh saja yang tidak mau memanfaatkan potensi ini dengan menutupinya dengan keinginan sesat duniawi.

AKAL

Potensi berikutnya yang ada pada diri manusia adalah akal yang terdapat pada otak manusia. Untuk merenungi besarnya manfaat akal, berikut ini sabda rasulullah saw:

Wahai manusia! Mengertilah kalian tentang Tuhan kalian, saling berwasiatlah kalian dengan akal, niscaya kalian mengetahui apa yang diperintahkan kepada kalian dan apa yang dilarang untuk kalian. Ketahuilah, bahwa orang yang berakal ialah orang yang berbakti kepada Allah, meskipun ia tercela kelihatannya, hina urusannya, rendah pangkatnya, jelek tingkahnya. Ketahuilah, bahwa orang yang bodoh adalah orang yang mendurhakai Allah Ta’ala, walaupun ia orang yang bagus tampaknya, besar urusannya, mulia pangkatnya, baik tingkahnya, fasih lagi pandai berbicara. Kera dan babi lebih berakal menurut Allah Ta’ala, daripada orang yang mendurhakaiNya. Dan janganlah terbujuk dengan pengagungan ahli dunia kepada kalian, sebab mereka itu termasuk orang-orang yang “rugi”.(Ihya ‘Ulumuddin, Imam Alghazali, disunting oleh: K.H.Misbah Zainul Musthofa, CV Bintang Pelajar, hal 280)

NAFSU

Nafsu adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan dan daya yang sejenis yang mengarahkan perilaku manusia. Dengan nafsu manusia menjadi mau beraktifitas dalam kehidupan ini, sehingga kehidupan manusia semakin hari semakin maju dan berkembang. Tanpa nafsu kehidupan manusia akan statis dan “mati”.

Nafsulah yang mengendalikan kehidupan manusia, karena itu nafsu harus dipelihara dari godaan-godaan syetan. Syetan akan menggoda manusia melalui pintu nafsu. Jadi, selain bisa membawa kemajuan, nafsu dapat juga membawa kerusakan dan kehancuran. Pada dasarnya nafsu manusia adalah hanif (cenderung kepada yang benar), tapi karena peran syetan yang membuat nafsu menjadi bersifat destruktif.

Nafsu terbagi tiga, yaitu:

1.      Nafsu Ammarah adalah nafsu yang cenderung pada keinginan fisik-material dan mendorong pada prinsip-prinsip kenikmatan (pleasure principle). Namun apabila nafsu ini bekerjasama dengan akal dan roh Allah akan menghasilkan sesuatu yang produktif, kreatif dan konsumtif.

2.      Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang telah memperoleh pancaran Roh Allah, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangam antara yang baik dan yang buruk. Nafsu ini apabila dipergunakan bersama dengan akal dan roh Allah akan menghasilkan sesuatu moralitas, sosialitas (kehidupan sosial), dan rasional (kemampuan daya pikir).

3.      Nafsu Mutmainnah adalah nafsu yang telah dipancari oleh Roh Allah dengan sempurna, sehingga dapat meninggalkan hal-hal tercela dan tumbuh sifat-sifat baik, maka bersama akal dengan Roh Allah nafsu ini akan menghasilkan Iman , Islam dan Ihsan.

Demikianlah tiga potensi yang terdapat pada diri manusia, namun kesemua itu belum cukup untuk dijadikan bekal dalam menghadapi ujian Allah, manusia masih membutuhkan potensi lain yang berada di luar dirinya, yaitu:

AL QUR’AN DAN SUNNAH RASUL

Al Qur’an adalah Kitab fundamental Islam, wahyu Allah yang begitu sempurna, dalam bentuk puisi agung tiada tara, dalam bahasa dan isi yang penuh rangsangan kepada akal dan ilmu, bahasa yang halus sentuhannya kepada tali-temali sentimen, emosi dan rasa seni manusia. (Bachtiar Soerin, Terjemah dan tafsir Al Qur’an “Az-Zikra, hal. X, thn. 2004).

Di dalamnya tertuang berbagai petunjuk dalam menghadapi kehidupan di muka Bumi dan kebenarannya pasti. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Q.S. Al Baqarah/2: 2).

ALAM SEMESTA

Potensi selanjutnya yang disediakan Allah bagi manusia dalam mengahadapi ujiannya adalah seluruh isi jagad raya ini. Kesemuanya disediakan untuk me-mudahkan kehidupan manusia. Manusia selain bisa memanfaatkan alam semesta secara langsung juga dapat mengambil pelajaran yang berharga bagi dirinya. Alam terkembang menjadi guru, kata orang bijak.

2.4       Manusia Dan Agama

1.  pengertian manusia

Manusia dalam bahasa Arab  disebut dengan “insan” yang artinya ramah, mesra dan berpuas hati. Ketiga arti ini merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh manusia.

Ada pendapat yang menghubungkan kata “insan” dengan kata “an-nisyan” yang berarti pelupa. Pendapat ini mengacu pada fitrah manusia yang memang sering lupa dan salah.

2. pengertian agama

Dalam bahasa Arab, “Agama” adalah ad-din. Al-Qur’an menggunakan kata dinuntuk menyebut semua jenis agama dan kepercayaan kepada Tuhan, Secara bahasa, Ad-Din artinya taat, tunduk, dan berserah diri. Adapun secara istilah berarti sesuatu yang dijadikan jalan oleh manusia dan diikuti (ditaati) baik berupa keyakinan, aturan, ibadah dan yang semacamnya, benar ataupun salah. sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala :

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَ لِيَ دِيْنٌ  .

‘’Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku’’ (QS. Al-kafirun: 6)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْأِ سْلاَمِ دِيْناً فَلاَ يُقْبَلَ مِنْهُ .

‘’Barang siapa mencari agama selain (agama) islam, maka agama itu tidak akan diterima darinya’’ (QS. Ali Imran: 85)

هُوَ الَّذِى أَرْسَلَ َرسُوْ لَهُ بِا لْهُدى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ    

‘’Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama Kebenaran untuk Dia menangkan atas semua agama’’ (QS. Al-fath: 28) .

            Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara manusia dan agama itu sangatlah erat kaitannya. Jika seorang manusia pasti dia memiliki agama. Karena manusia mempercayai bahwa Tuhan itu ada.

            Manusia merupakan makhluk yang lemah untuk itu ia membutuhkan Tuhannya otomatis pula agamanya. Antara agama dan manusia itu tidak dapat dipisahkan karena pada dasarnya munusia itu membutuhkan agama. Didalam agama semua ada aturannya dimulai dari hal kecil seperti adab-adab makan sampai tata cara peribadatan. Agama sebagai pedoman bagi setiap manusia tanpa agama manusia tidak akan tahu harus berbuat apa dan tujuan hidupnya itu untuk apa.


 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki fisik, perasaa, hawa nafsu, juga akal yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya.

          Al-Qur’an diturunkan Allah Subhanahu Wata’ala. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa terkecuali. Manusia yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah Subhanahu Wata’ala. Perjalanan hidup manusia sangat panjang diantaranya: alam ruh, alam rahim, alam dunia, alam kubur, alam akhirat sampai dengan persinggahan terakhir yaitu surga dan neraka.

            Manusia pun diberikan potensi yang sangat luar biasa oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Diantara potensi tersebut jika digunakan dengan cara yang benar maka akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa yang pastinya di ridhoi oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

3.2 Saran

            Dari sekian banyak materi yang dibahas dalam makalah ini pada intinya kami selaku penulis hanya ingin sekedar mengingatkan siapa diri ini yang sesungguhnya, apa tugas kita sebagai hamba. Apa potensi yang kita miliki dan bagaimana pengaplikasian yang tepat itu.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mutiara

 #katakatabijak #katamutiara #katamuslimah #quotes #quotesmuslimah