BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehadiran manusia tidak terlepas
dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia hakikatnya adalah makhluk
ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala yang paling sempurna. Dalam pandangan Islam
manusia melalui perjalanan yang sangat panjang. Namunn pada hakikatnya
perjalanan yang paling panjang itu adalah perjalanan setelah kematian bukan
sebelum kematian (dunia).
Potensi
yang dimiliki manusiapun sangat beragam, baik yang ada dalam diri manusia
maupun yang diluar diri manusia. Pada dasarnya potensi tersebut sangatlah baik
jika dikembangkan dengan benar contohnya akal pikiran kita yang selalu kita
pergunakan untuk berfikir. Jika otak digunakan untuk memikirkan hal baik maka
potensi yang telah Allah berikan berkah untuk kita. Amin Allahumma Amin.
Jika
ditanya apakah manusia membutuhkan agama. Jawabannya jelas “YA”. Kenapa? Karena
kita membutuhkan Tuhan yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. Terkadang seseorang
melaksanakan shalat itu bukan karena wajib tapi karena memang dia membutuhkan
hal itu. Saat shalat kita merasakan ketenangan, ketentraman dan hal menabjukan
lainnya. dengan agama.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian manusia menurut islam?
2.
Bagaimana perjalanan hidup manusia?
3.
Potensi apa saja yang ada dalam diri manusia?
4.
Apa hubungannya manusia dan agama?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian manusia menurut islam
2.
Untuk mengetahui perjalanan hidup manusia
3.
Untuk mengetahui potensi yang ada dalam diri manusia
4.
Untuk mengetahui hubungan manusia dan agama
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia Menurut Islam
Manusia adalah makhluk yang
diciptakan dalam bentuk paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Manusia memiliki fisik, perasaa, hawa nafsu, juga akal yang membuat
manusia berbeda dengan makhluk lainnya.
لَقَدْ
خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ
فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami Telah Menciptakan Manusia
Dalam Bentuk Yang Sebaik-baiknya. (Q.S
At-tin : 4)”.
Adapun istilah-istilah manusia dalam Al-qur’an
adalah:
1.
Basyar
Kata basyar
terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan
baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti
kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan
kulit makhluk yang lain.
2. An-Nas
Dalam al-Quran
manusia dalam pengertian an-nas disebutkan sebanyak 240 kali dengan keterangan
yang jelas menunjukan pada jenis keturunan Nabi Adam as. Diantaranya terdapat
dalam surat al-hujurat: 13,
3. Al-Ins/al-Insan
Kata insan
terambil dari akar kata uns yang berarti jinak lawan dari binatang liar,
harmonis, dan tampak. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang al-Quran
lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa),
atau nasa-yanusu (berguncang).
Kitab suci
al-Quran seperti yang ditulis Bint as-Syathi dalam al-quran wa Qadhaya
al-Insan sering kali memperhadapkan insane dengan jin/jan. jin adalah
makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk yang nyata
lagi ramah.
Kata insan,
digunakan al-quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya,
jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara satu dengan yang lainya akibat
perbedaan fisik, mental, intelektual dan juga spiritual.
4. Duriyat Adam/Bani Adam
Al-Quran
tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam, yang oleh mayoritas ulama
dinamai manusia pertama. Yang disampaikanya dalam konteks ini hanya (1) bahan
awal manusia adalah tanah, (2) bahan tersebut adalah disempurnakan, (3) setelah
proses penyempurnaannya selesai, ditiupkan kepadanya ruh ilahi [QS Al-Hijr,
15: 28-29; Shad, 38: 71-72].
2.2
Perjalanan Hidup Manusia
Berikut ini perjalanan manusia dari
asal muasalnya hingga ditempatkan di tempat yang kekal abadi:
1.
Alam arwah
Manusia merupakan makhluk terakhir
yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala. setelah sebelumnya Allah telah
menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya.
Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi khalifah (pemimpin)
di bumi.
Persiapan
pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu
ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”
(Al A’raf : 172)
Dengan dan
perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu
nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah.
Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR
Bukhari).
2. Alam
rahim
Rihlah pertama yang akan dilalui
manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa
‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging),
kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih
sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke bumi.
Rasulullah
saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di
perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian ‘alaqoh selama hari yang sama, kemudian
mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan
ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau
bahagia” (HR. Bukhari dan Muslim).
3.
Alam Dunia
Di dunia
perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum
susu ibu lalu tubuh menjadi kanak-kanak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi
dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal dunia. Proses ini tidak berjalan sama
antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja untuk
menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi,
sebagian lagi saat masa kanak-kanak, sebahagian yang lain ketika sudah remaja
dan dewasa, sebahagian lainnya ketika sudah tua.
Di dunia
inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu
ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat
dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah. Dimensi waktu, yaitu
umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribada. Dimensi potensi diri
sebagai modal dalam beribadah dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam
yang menjadi landasan amal.
4.
Alam Barzah
Alam berikutnya
manusia akan memasuki alam barzah atau alam kubur. Di sana mereka tinggal
sendirian. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman
dari taman-taman syurga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah
akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk
ahli syurga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni syurga, maka
dibukakan baginya pintu syurga setiap pagi dan petang. Hawa syurga akan mereka
rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan
dibukakan untuknya setiap pagi dan petang dan dia akan merasakan hawa
panas neraka.
5. Alam Akhirat
Dan rihlah
berikutnya ialah kehidupan di hari akhirat dengan segala rinciannya. Kehidupan
hari akhirat didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh
alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah padang mahsyar, yaitu seluruh
manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu
tempat. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga
mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai
pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusat, ada yang sampai
dada, bahkan banyak yang banyak yang tenggelam dengan keringatnya.
Dalam
keadaan yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk
meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak
ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat
menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah
Subhanahu Wata’ala. di bawah Arasy dengan memuji-muji-Nya. Kemudian Allah Subhanahu
Wata’ala. berfirman: “Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah
syafaat, pasti diberikan.” Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan
berkata: “Ya Rabb, umatku.” Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan
selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya. Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan
amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah
karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan
hisab yang mudah dan hanya sekedar formalitas.
Di antara pertanyaan yang akan
diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam
hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan melangkah kaki anak Adam di
hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa
dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari
mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari
ilmunya.” (HR At-Tirmidzi).
Kejadian
selanjutnya manusia harus melalui titian shirat, yaitu sebuah jembatan yang
sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia
akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirat ini
lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kala
jengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di
dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat
seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak
juga yang berjalan merangkak, bahkan ramai manusia jatuh ke dalam neraka
jahannam.
Bagi
orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut
Al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan sebulan,
airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya
sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus
selamanya.” (Muttafaqun ‘alaihi).
6.
Surga dan Neraka
Pada tahap
yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk
syurga dan sebagian masuk neraka. Syurga tempat orang-orang bertakwa dan neraka
tempat orang-orang kafir, munafik dan fasik. Kedua tempat tersebut sekarang
sudah ada dan disediakan. Bahkan, syurga sudah rindu pada penghuninya untuk
siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan
penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Qur’an dan Sunnah
telah menceritakan syurga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi
pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan kita
diami.
Neraka adalah
tempat yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya jika diletak di dunia dapat
membakar semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan
makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan
yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati akan hilang
penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal abadi.
2.3 Potensi Manusia
Allah menundukkan semua yang
ada di laingit dan di bumi untuk manusia sebagai persiapan menjadi
khalifah (Luqmân: 20). Wajar jika kedudukan manusia menurut
al-Qur’an sangat tinggi dan mulia, agar dapat menjalankan risalah kehidupannya,
yaitu menyebarkan kebenaran, kebaikan, kebajikan dan keindahan. Di
antara potensi yang ada pada manusia adalah:
1. Yang terdapat
di diri manusia berupa Roh Allah, Akal dan Nafsu (dorongan untuk berbuat)
2. Yang berada di
luar diri manusia, yaitu al-Quran, Sunnah Rasul dan Alam Semesta.
Potensi yang pertama merupakan potensi dasar yang dengan itu potensi kedua
dapat dimanfaatkan, tanpa ada potensi pertama potensi yang kedua menjadi tidak
ada artinya.
ROH ALLAH
Allah berfirman
dalam al-Qur’an Surat as-Sajadah ayat 9:
“Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur”.
Ayat ini berkisah tentang proses penciptaan awal manusia, di mana pada saat
itu sosok manusia, yang tercipta dari lumpur, disempurnakan penciptaannya
dengan “dimasukkan” roh Allah pada tubuh manusia. Dengan demikian pada setiap
manusia terdapat “diri” Allah, sehingga sifat-sifat mulia Allah bersemayam
dalam diri manusia.
Roh tersebut
bersemayam dalam qalbu manusia, dan akan memancar ke luar dalam bentuk
perbuatan baik manusia (amal sholeh). Pancaran Roh Allah akan memancar dengan
terang benderang apabila qalbu manusia tidak ditutupi oleh keinginan-keinginan
duniawi. Di sinilah makna ikhlas terwujud dengan semestinya. Maksudnya bahwa
setiap keinginan-keinginan duniawi harus dalam rangka mendapatkan ridho Allah,
tapi kalau yang kita harapkan selain ridho Allah maka hal itulah yang akan
menutupi qalbu manusia. Maka sangat wajar terjadi bila banyak manusia yang
sholat tapi perbuatan munkar masih pula dilakukan, karena keikhlasan sholatnya
belum sepenuhnya tercapai. Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan ibadah lainnya
harus disertai dengan keikhlasan yang sempurna.
Jadi, potensi Roh
Allah adalah sangat strategis bagi manusia dalam mengarungi dinamika kehidupan,
hanya orang-orang bodoh saja yang tidak mau memanfaatkan potensi ini dengan
menutupinya dengan keinginan sesat duniawi.
AKAL
Potensi
berikutnya yang ada pada diri manusia adalah akal yang terdapat pada otak
manusia. Untuk merenungi besarnya manfaat akal, berikut ini sabda rasulullah
saw:
Wahai manusia!
Mengertilah kalian tentang Tuhan kalian, saling berwasiatlah kalian dengan
akal, niscaya kalian mengetahui apa yang diperintahkan kepada kalian dan apa
yang dilarang untuk kalian. Ketahuilah, bahwa orang yang berakal ialah orang
yang berbakti kepada Allah, meskipun ia tercela kelihatannya, hina urusannya,
rendah pangkatnya, jelek tingkahnya. Ketahuilah, bahwa orang yang bodoh adalah
orang yang mendurhakai Allah Ta’ala, walaupun ia orang yang bagus tampaknya,
besar urusannya, mulia pangkatnya, baik tingkahnya, fasih lagi pandai berbicara.
Kera dan babi lebih berakal menurut Allah Ta’ala, daripada orang yang
mendurhakaiNya. Dan janganlah terbujuk dengan pengagungan ahli dunia kepada
kalian, sebab mereka itu termasuk orang-orang yang “rugi”.(Ihya ‘Ulumuddin,
Imam Alghazali, disunting oleh: K.H.Misbah Zainul Musthofa, CV Bintang Pelajar,
hal 280)
NAFSU
Nafsu adalah
keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan dan daya yang sejenis yang
mengarahkan perilaku manusia. Dengan nafsu manusia menjadi mau beraktifitas
dalam kehidupan ini, sehingga kehidupan manusia semakin hari semakin maju dan
berkembang. Tanpa nafsu kehidupan manusia akan statis dan “mati”.
Nafsulah yang
mengendalikan kehidupan manusia, karena itu nafsu harus dipelihara dari
godaan-godaan syetan. Syetan akan menggoda manusia melalui pintu nafsu. Jadi,
selain bisa membawa kemajuan, nafsu dapat juga membawa kerusakan dan
kehancuran. Pada dasarnya nafsu manusia adalah hanif (cenderung kepada yang
benar), tapi karena peran syetan yang membuat nafsu menjadi bersifat
destruktif.
Nafsu terbagi
tiga, yaitu:
1. Nafsu Ammarah adalah nafsu yang cenderung pada
keinginan fisik-material dan mendorong pada prinsip-prinsip kenikmatan
(pleasure principle). Namun apabila nafsu ini bekerjasama dengan akal dan roh
Allah akan menghasilkan sesuatu yang produktif, kreatif dan konsumtif.
2. Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang telah memperoleh
pancaran Roh Allah, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangam antara yang
baik dan yang buruk. Nafsu ini apabila dipergunakan bersama dengan akal dan roh
Allah akan menghasilkan sesuatu moralitas, sosialitas (kehidupan sosial), dan
rasional (kemampuan daya pikir).
3. Nafsu Mutmainnah adalah nafsu yang telah dipancari
oleh Roh Allah dengan sempurna, sehingga dapat meninggalkan hal-hal tercela dan
tumbuh sifat-sifat baik, maka bersama akal dengan Roh Allah nafsu ini akan
menghasilkan Iman , Islam dan Ihsan.
Demikianlah tiga
potensi yang terdapat pada diri manusia, namun kesemua itu belum cukup untuk
dijadikan bekal dalam menghadapi ujian Allah, manusia masih membutuhkan potensi
lain yang berada di luar dirinya, yaitu:
AL QUR’AN DAN
SUNNAH RASUL
Al Qur’an adalah
Kitab fundamental Islam, wahyu Allah yang begitu sempurna, dalam bentuk puisi
agung tiada tara, dalam bahasa dan isi yang penuh rangsangan kepada akal dan
ilmu, bahasa yang halus sentuhannya kepada tali-temali sentimen, emosi dan rasa
seni manusia. (Bachtiar Soerin, Terjemah dan tafsir Al Qur’an “Az-Zikra, hal.
X, thn. 2004).
Di dalamnya
tertuang berbagai petunjuk dalam menghadapi kehidupan di muka Bumi dan
kebenarannya pasti. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa (Q.S. Al Baqarah/2: 2).
ALAM SEMESTA
Potensi selanjutnya yang disediakan Allah bagi manusia
dalam mengahadapi ujiannya adalah seluruh isi jagad raya ini. Kesemuanya disediakan
untuk me-mudahkan kehidupan manusia. Manusia selain bisa memanfaatkan alam
semesta secara langsung juga dapat mengambil pelajaran yang berharga bagi
dirinya. Alam terkembang menjadi guru, kata orang bijak.
2.4 Manusia Dan Agama
1. pengertian
manusia
Manusia dalam
bahasa Arab disebut dengan “insan” yang artinya ramah, mesra dan berpuas
hati. Ketiga arti ini merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh manusia.
Ada pendapat yang menghubungkan kata
“insan” dengan kata “an-nisyan” yang berarti pelupa. Pendapat ini mengacu pada
fitrah manusia yang memang sering lupa dan salah.
2. pengertian agama
Dalam bahasa Arab, “Agama”
adalah ad-din. Al-Qur’an menggunakan kata dinuntuk
menyebut semua jenis agama dan kepercayaan kepada Tuhan, Secara bahasa,
Ad-Din artinya taat, tunduk, dan berserah diri. Adapun secara istilah berarti
sesuatu yang dijadikan jalan oleh manusia dan diikuti (ditaati) baik berupa
keyakinan, aturan, ibadah dan yang semacamnya, benar ataupun salah. sebagaimana
firman Allah Subhanahu Wata’ala :
لَكُمْ
دِيْنُكُمْ
وَ لِيَ
دِيْنٌ .
‘’Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku’’ (QS. Al-kafirun: 6)
وَمَنْ
يَبْتَغِ
غَيْرَ الْأِ
سْلاَمِ دِيْناً
فَلاَ
يُقْبَلَ
مِنْهُ .
‘’Barang siapa mencari agama selain (agama) islam, maka agama itu tidak
akan diterima darinya’’ (QS. Ali Imran: 85)
هُوَ
الَّذِى
أَرْسَلَ
َرسُوْ لَهُ
بِا لْهُدى
وَدِيْنِ
الْحَقِّ
لِيُظْهِرَهُ
عَلَى
الدِّيْنِ
كُلِّهِ
‘’Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan
agama Kebenaran untuk Dia menangkan atas semua agama’’ (QS. Al-fath:
28) .
Dari kedua pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara manusia dan agama itu sangatlah
erat kaitannya. Jika seorang manusia pasti dia memiliki agama. Karena manusia
mempercayai bahwa Tuhan itu ada.
Manusia merupakan makhluk
yang lemah untuk itu ia membutuhkan Tuhannya otomatis pula agamanya. Antara
agama dan manusia itu tidak dapat dipisahkan karena pada dasarnya munusia itu
membutuhkan agama. Didalam agama semua ada aturannya dimulai dari hal kecil
seperti adab-adab makan sampai tata cara peribadatan. Agama sebagai pedoman
bagi setiap manusia tanpa agama manusia tidak akan tahu harus berbuat apa dan
tujuan hidupnya itu untuk apa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna, jika dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki fisik, perasaa, hawa nafsu, juga akal
yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya.
Al-Qur’an diturunkan Allah Subhanahu Wata’ala. kepada Nabi Muhammad saw.
berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan
(rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia,
tanpa terkecuali. Manusia yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala. dari tidak
ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah
ditetapkan Allah Subhanahu Wata’ala. Perjalanan hidup manusia sangat panjang
diantaranya: alam ruh, alam rahim, alam dunia, alam kubur, alam akhirat sampai
dengan persinggahan terakhir yaitu surga dan neraka.
Manusia pun diberikan
potensi yang sangat luar biasa oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Diantara potensi
tersebut jika digunakan dengan cara yang benar maka akan menghasilkan sesuatu
yang luar biasa yang pastinya di ridhoi oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
3.2
Saran
Dari sekian banyak materi yang dibahas dalam makalah
ini pada intinya kami selaku penulis hanya ingin sekedar mengingatkan siapa
diri ini yang sesungguhnya, apa tugas kita sebagai hamba. Apa potensi yang kita
miliki dan bagaimana pengaplikasian yang tepat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar