RUANG LINGKUP PERUBAHAN SOSIAL
Diajukan Untuk Menempuh
Tugas Mata Kuliah Rekayasa Perubahan Sosial
Semester 6
Dosen Pembimbing: Aman Nulhaqim, M.Pd
Dede Eka Safitri (H.
1711129)
Siti
Nurfariotul R (H.1711123)
Sinta
Suryani (H.1711121)
Suci
Rahmawati (H.1711127)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2020
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kami sampaikan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan
nikmat jasmani maupun rohani sehingga kami bisa menyusun makalah yang berjudul
“ RUANG LINGKUP PERUBAHAN SOSIAL” tepat
waktu, yang diajukan sebagai tugas mata kuliah Rekayasa Perubahan Sosial
semester 6. Makalah ini berisi tentang bagaimana perubahan sosial terjadi, apa
saja yang mempengaruhi perubahan sosial serta apa dampak dari perubahan sosial
itu sendiri terhadap kehidupan bermasyarakat maupun pendidikan.
Tidak
lupa kami sempaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini terutama kepada bapak Aman, M. Pd selaku
dosen mata kuliah Rekayasa Perubahan Sosial.
Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik serta saran yang
membangun sangat diharapkan agar menjadi tolak ukur perbaikan dimasa yang akan
datang.
Akhir kata
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya sebagai penyusun dan umumnya
bagi pembaca.
Bogor,
..................................... 2020
Penyusun
DAFTAR
ISI
A. Pengertian
Perubahan Sosial
C. Bentuk-Bentuk
Perubahan Sosial
E. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Terjadinya Perubahan Sosial
F. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan Sosial
G. Dampak
perubahan sosial Terhadap Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya setiap masyarakat yang
ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang
dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat
diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu
masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan
masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini
berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.
Tetapi perubahan yang terjadi antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini
dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat
bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa
perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu
perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas
maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya
lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.
Perubahan sosial pada masyarakat
saat ini sangat cepat dikarenakan proses pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang
semakin meningkat, banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
sosial baik itu karena bertambahnya sesuatu ataupun berkurangnya sesuatu. Kita
dapat membandingakan kehidupan pada zaman sekarang dengan zaman dulu jika
disebutkan apa saja perbedaannya itu pastinya sangat banyak hal itu menjadi
dasar bahwa perubahan sosial berlangsung secara terus menerus dari waktu
kewaktu. Masyarakat tradisional sudah menjadi masyarakat modern saat ini,
perubahan terus terjadi meski secara bertahap.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas kami merumuskan masalah: Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial, bagaimana
teori mengenai perubahan sosial, apa saja bentuk-bentuk perubahan sosial, bagaimana
proses perubahan sosial, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya
perubahan sosial, serta bagaimana dampak perubahan sosial terhadap
pendidikan?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas kami bertujuan untuk: mengetahui apa yang dimaksud dengan perubahan sosial, mengetahui
bagaimana teori mengenai perubahan sosial, mengetahui apa saja bentuk-bentuk perubahan sosial, mengetahui
bagaimana proses perubahan sosial, mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial, mengetahui
apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial, dan mengetahui
bagaimana dampak perubahan sosial terhadap pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan
perubahan kehidupan masyarakat
yang berlangsung secara terus-menerus dan
tidak akan pernah
berhenti, karena tidak
ada satu masyarakatpun
yang berhenti pada
suatu titik tertentu
sepanjang masa. Artinya,
meskipun para Sosiolog memberikan klasifikasi terhadap masyarakat statis dan
dinamis, namun yang
dimaksud masyarakat statis
adalah masyarakat yang sedikit
sekali mengalami perubahan
dan berjalan lambat,
artinya di dalam masyarakat statis tersebut
tetap mengalami perubahan.
Adapun masyarakat dinamis adalah
masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat.
Manusia memiliki
peran sangat penting
terhadap terjadinya perubahan masyarakat. Perubahan itu terjadi
sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin melakukan perubahan, karena manusia
memiliki sifat selalu tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, ingin
mencari sesuatu yang baru untuk mengubah keadaan agar menjadi lebih baik sesuai
dengan kebutuhannya.
Manusia sebagai
mahluk Tuhan, dibekali
akal-budi untuk memenuhi kebutuhannya. Kelebihan
manusia terletak pada
akal-budi tersebut, yakni sebagai potensi
dalam diri manusia
yang tidak dimiliki
oleh mahluk lain. Akal
merupakan kemampuan berpikir.
Kemampuan berpikir digunakan oleh manusia untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang
dihadapinya. Budi merupakan bagian
dari kata hati, berupa paduan akal dan
perasaan, yang dapat membedakan antara
baik dan buruk
sesuatu.
Perubahan
Sosial Menurut Para Ahli :
1.
Kingsley Davis
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Menurutnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam
masyarakat kapitalis telah
menyebabkan perubahan dalam hubungan-hubungan antara
buruh dengan majikan,
dan seterusnya menyebabkan
perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
2.
John Lewis
Gillin dan John Philip Gillin
Perubahan sosial
adalah suatu variasi
dari cara hidup yang
diterima, akibat adanya perubahan
kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi
penduduk, ideologi, maupun
karena adanya difusi
dan penemuan baru dalam masyarakat.
3.
Robert M MacIver
Perubahan-perubahan sosial
sebagai perubahan-perubahan dalam
hubungan sosial (social relationships) atau
sebagai perubahan terhadap
keseimbangan ( equilibrium ) hubungan sosial.
4.
Selo Soemarjan
Perubahan sosial
adalah perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai, sikap dan
pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
5.
William F. Ogburn
Perubahan sosial
menekankan pada kondisi
teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada aspek-aspek kehidupan
sosial, seperti kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi
yang sangat berpengaruh
terhadap pola berpikir masyarakat.[1]
B. Teori Perubahan Sosial
Terdapat beberapa
teori yang dapat menjadi landasan bagi kita dalam memahami
perubahan sosial yang berkembang di
masyarakat. Teori perubahan sosial tersebut :
1.
Teori Evolusi ( Evolutionary Theory)
Menurut James
M. Henslin (2007),
terdapat dua tipe
teori evolusi mengenai cara
masyarakat berubah, yakni
teori unilinier dan
teori multilinier.
Pandangan teori
unilinier mengasumsikan bahwa
semua masyarakat mengikuti jalur
evolusi yang sama.
Setiap masyarakat berasal
dari bentuk yang sederhana ke bentuk
yang lebih kompleks (sempurna), masing-masing melewati
proses perkembangan yang
seragam. Salah satu dari teori ini yang pernah mendominasi pemikiran Barat
adalah teori evolusi dari Lewis Morgan,
yang menyatakan bahwa
semua masyarakat berkembang melalui
tiga tahap yaitu kebuasan,
barbarisme, dan peradaban. Dalam
pandangan Morgan, Inggris (masyarakatnya sendiri) adalah contoh peradaban. Semua masyarakat lain
ditakdirkan untuk mengikutinya.
Pandangan teori
multilinier menggantikan teori
unilinier dengan tidak mengamsusikan
bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang sama, artinya meskipun
jalurnya mengarah ke
industrialisasi, masyarakat tidak perlu melewati urutan tahapan yang sama
seperti masyarakat yang lain.
Inti teori
evolusi, baik yang
unilinier maupun multilinier,
ialah asumsi mengenai kemajuan
budaya, di mana
kebudayaan Barat dianggap
sebagai tahap kebudayaan yang
maju dan superior atau sempurna. Namun,
ide ini terbantahkan dengan
semakin meningkatnya apresiasi
terhadap kayanya keanekaragaman (dan kompleksitas) dari
kebudayaan suku bangsa di dunia.
Di
samping itu, masyarakat Barat sekarang berada dalam krisis
(rasisme, perang, terorisme, perkosaan,
kemiskinan, jalanan yang
tidak aman, perceraian, sex
bebas, narkoba, AIDS
dan sebagainya dan
tidak lagi dianggap berada di
puncak kebudayaan manusia.
2.
Teori Siklus ( Cyclical Theory )
Menurut PB
Horton dan CL
Hunt ( 1992
) dalam bukunya “Sociology”, para
penganut teori siklus
juga melihat adanya
sejumlah tahapan yang harus
dilalui oleh masyarakat,
tetapi mereka berpandangan bahwa proses
perubahan masyarakat bukannya
berakhir pada tahap “terakhir” yang sempurna, tetapi berlanjut menuju tahap kepunahan dan berputar
kembali ke tahap
awal untuk peralihan
selanjutnya. Beberapa dari
penganut teori siklus tersebut dipaparkan sebagai berikut :
Menurut pandangan
seorang ahli filsafat
Jerman, Oswald Spengler (1880-1936) setiap
peradaban besar mengalami
proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan,
dan keruntuhan. Oswald
Spengler terkenal dengan karyanya “The Decline of the West” /
Keruntuhan Dunia Barat.
Pitirim Sorokin
(1889-1968) seorang ahli
Sosiologi Rusia berpandangan
bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang
berputar tanpa akhir,
yang meliputi: kebudayaan ideasional (ideational
cultural) yang didasari
oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap
unsur adikodrati (super
natural), kebudayaan idealistis (idealistic culture) di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati
dan rasionalitas yang
berdasarkan fakta bergabung
dalam menciptakan masyarakat ideal,
dan kebudayaan sensasi (sensate
culture) di mana sensasi merupakan tolok ukur dari
kenyataan dan tujuan hidup.
Arnold Toynbee
( 1889-1975), seorang sejarawan Inggris juga menilai bahwa peradaban
besar berada dalam
siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan
kematian. Menurutnya peradaban
besar muncul untuk menjawab tantangan tertentu, tetapi
semuanya telah punah kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini juga tengah
beralih menuju ke tahap kepunahannya.
3.
Teori Fungsionalis
( Functionalist Theory )
Penganut teori
ini memandang setiap
elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap
elemen masyarakat lainnya.
Perubahan yang muncul di
suatu bagian masyarakat
akan menimbulkan perubahan
pada bagian yang lain pula. Perubahan
dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan
itu berhenti pada
saat perubahan tersebut
telah diintegrasikan ke dalam
kebudayaan (menjadi cara
hidup masyarakat). Oleh
sebab itu menurut
teori ini unsur
kebudayaan baru yang
memiliki fungsi bagi masyarakat
akan diterima, sebaliknya
yang disfungsional akan ditolak.
Menurut
sosiolog William Ogburn, meskipun unsur - unsur masyarakat saling berhubungan,
beberapa unsurnya bisa berubah sangat cepat sementara unsur yang lain
berubah secara lambat, sehingga terjadi
apa yang disebutnya dengan ketertinggalan budaya
(cultural lag) yang
mengakibatkan terjadinya
kejutan sosial pada
masyarakat, sehingga mengacaukan keseimbangan dalam
masyarakat. Menurutnya, perubahan
benda-benda budaya materi atau
teknologi berubah lebih
cepat daripada perubahan
dalam budaya non materi ataupun sistem dan
struktur sosial. Dengan
kata lain, kita berusaha mengejar teknologi yang terus
berubah, dengan mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan
teknologi ( Henslin, 2007 ).
4.
Teori Konflik (
Conflict Theory )
Menurut pengikut
teori ini, yang
konstan (tetap terjadi)
dalam kehidupan masyarakat adalah
konflik sosial, bukannya
perubahan. Perubahan hanyalah merupakan
akibat dari adanya
konflik dalam masyarakat, yakni
terjadinya pertentangan antara
kelas kelompok penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh
karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga
demikian adanya. Menurut Karl Marx,
konflik kelas sosial
merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam
semua perubahan sosial. Perubahan akan menciptakan kelompok dan kelas sosial
baru.
Konflik
antar kelompok dan kelas sosial
baru tersebut akan
melahirkan perubahan berikutnya. Menurutnya, konflik paling tajam
akan terjadi antara kelas Proletariat (buruh yang digaji)
dengan kelas Borjuis
(kapitalis/pemilik industri) yang
diakhiri oleh kemenangan kelas
proletariat, sehingga terciptalah
masyarakat tanpa kelas (PB
Horton dan CL. Hunt, 1992). Namun
asumsi Marx terhadap terciptanya masyarakat
tanpa kelas tersebut
sampai saat ini
tidak terbukti. Artinya kehidupan masyarakat tetap diwarnai
adanya perbedaan kelas sosial.
C. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
1.
Perubahan lambat
dan perubahan cepat
Perubahan
lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usahausaha
masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisikondisi
baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan
revolusi adalah perubahan
pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat
pada masa tertentu bentuknya
sangat sederhana, namun karena
msyarakat mengalami perkembangan,
maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks.
Perubahan
cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai
unsurunsur kehidupan atau
lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung
relatif cepat. Sering kali
perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat,
ketegangan-ketegangan
tersebut sulit dihindari
bahkan semakin berkembang dan
tidak dapat dikendalikan. Revolusi adalah wujud perubahan sosial.[2] (Djazifah, 2012).
5.
Perubahan kecil
dan perubahan besar
Perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung
atau pengaruh yang
berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan
besar adalah perubahan
yang terjadi pada
unsur-unsur struktur sosial yang
membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh
perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk adan dampak industrialisasi bagi
pola kehidupan masyarakat. Perubahan yang
dikehendaki atau direncanakan dan
perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.
6.
Perubahan yang
dikehendaki atau yang direncanakan
Merupakan
perubahan yang telah diperkirakan atau
direncanakan terlebih dahulu
oleh pihak-pihak yang
hendak melakukan perubahan di masyarakat.
Pihak-pihak tersebut dinamakan agen of
change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan masyarakat
untuk memimpin satu atau
lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
bertujuan untuk mengubah suatu sistem
sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau
perubahan tatanan pemerintahan,
misalnya perubahan tata
pemerintahan orde baru menjadi tata pemerintahan orde reformasi.
Perubahan
yang tidak dikehendaki atau yang
tidak direncanakan merupakan perubahan
yang terjadi di
luar jangkauan pengawasan masyarakat
dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat
sosial yang tidak
diharapkan. Contoh perubahan
yang tidak dikehendaki
atau tidak direncanakan adalah
munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan orde
lama ke orde baru dan peralihan tatanan orde baru ke orde reformasi.[3]
D.
Proses Perubahan Sosial
Ada
tiga hal yang berkenaan dengan proses perubahan sosial. Pertama, bagaimana
ideas mempengaruhi perubahan-perubahan sosial. Kedua, bagaimana tokoh-tokoh
besar dalam sejarah menimbulkan prubahan besar ditengah-tengah masyarakat.
Ketiga, sejauh mana peranan gerakan-gerakan sosial dan revolusi menimbulkan
perubahan struktur sosial dan norma-norma sosial. (Rakhmat, 1999)[4].
Pudjiwati Sajagyo mengutip
pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia adalah penyebab
suatu perubahan. Manusia sering tidak puas dan bosan pada satu keadaan dan
berusaha untuk mencari cara atau alternatif lainnya untuk menghilangkan
kebosanannya dan menemukan cara baru yang lebih menyenangkan, mudah dan murah.
Bisa kita lihat pada revolusi teknologi transportasi yang demikian canggih
hingga berakibat pada perubahan pola mobilitas manusia. (Syamsidar, 2015).
E.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Perubahan Sosial
- Penyebab
Perubahan yang Bersumber dari Dalam
a.
Berkurang dan bertambahnya penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat di
pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama
dalam lembaga - lembaga kemasyarakatannya ( dalam bentuk aturan / norma sosial).
Berkurangnya penduduk dapat
disebabkan karena penduduk berpindah ke daerah lain. Kondisi ini dapat
mengakibatkan kekosongan dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial,
sehingga memepengaruhi lembaga - lembaga kemasyarakatan.
b.
Penemuan-penemuan baru
Di dalam kehidupan
masyarakat dapat ditemukan beberapa faktor pendorong untuk memunculkan
penemuan-penemuan baru, antara lain:
1) Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam
kebudayaan.
2) Peningkatan kualitas oleh para ahli dalam suatu
kebudayaan.
3) Adanya perangsang bagi aktivitas – aktivitas
penciptaan dalam masyarakat.
c. Pertentangan ( Conflict)
Pertentangan yang terjadi
antara individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan kelompok dapat
menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial masyarakatnya. Seperti yang sering
terjadi pada masyarakat yang tengah mengalami pergeseran dari masyarakat
traditional menuju masyarakat modern, pertentangan terjadi antara kelompok
generasi tua dengan kelompok generasi muda yang lebih cepat menerima
unsur-unsur kebudayaan modern.
d.
Terjadinya
Pemberontakan atau Revolusi
Terjadinya
pemberontakan atau Revolusi dalam sutau pemerintahan negara akan meyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan besar dalam kehidupan negara tersebut. Seluruh
lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih
mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.
2.
Penyebab
Perubahan yang Bersumber dari Luar
a.
Lingkungan
alam fisik
Perubahan
yang disebabkan oleh lingkungan alam fisik dapat berupa bencana alam seperti
banjir, gunung meletus, gempa bumi, angin taufan dan sebagainya, maupun berupa
tindakan manusia yang tidak terkontrol sehingga merusak lingkungan, seperti
penebangan hutan secara liar yang menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor.
Kondisi ini mengakibatkan penduduk harus pindah ke daerah yang lebih aman dan
berbeda dengan kondisi lingkungan yang lama. Untuk menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan di daerah yang baru, maka berkembanglah lembaga - lembaga
kemasyarakatan baru untu menjaga agar kehidupan masyarakat tetap dapat
berjalan.
b.
Peperangan
Terjadinya peperangan antar negara dapat mengakibatkan
perubahan bagi negara yang mengalami kekalahan, karena negara yang kalah akan
menjadi negara terjajah dan harus mengikuti pola kehidupan politik baru sesuai
dengan kehendak negara yang memenangkan peperangan tersebut. Karena negara yang
menang biasanya akan memaksakan kehendaknya pada negara yang kalah.
c.
Pengaruh
kebudayaan masyarakat lain
Masuknya
pengaruh kebudayaan masyarakat lain bisa terjadi karena adanya hubungan fisik
antara dua masyarakat, yang diikuti adanya pengaruh timbal balik sehingga
masing - masing masyarakat akan mengalami perubahan.
Masuknya
pengaruh kebudayaan masyarakat lain juga bisa terjadi secara sepihak, misalnya
melalui media massa (siaran TV), masyarakat pemirsa siaran TV dapat terpengaruh
oleh isi siaran yang ditayangkan.
F.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan
Sosial
1. Faktor-faktor pendorong
a.
Kontak
dengan kebudayaan lain
Masyarakat yang mengalami kontak dengan kebudayaan
lain (sebagai kebudayaan baru) cenderung akan terpengaruh oleh kebudayaan
tersebut sehingga menghasilkan perubahan dalam kehidupan masyarakatnya. Proses
tersebut berlangsung melalui difusi (diffusion) yaitu proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan ke individu atau masyarakat lain.
b.
Sistem
pendidikan formal yang maju
Pendidikan akan memberikan nilai-nilai tertentu kepada
manusia terutama dalam membuka pikirannya, menerima hal - hal baru, maupun cara
berfikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir
secara obyektif, rasional dan melihat ke masa depan, berusaha menciptakan
kehidupan yang lebih maju.
c.
Sikap
menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Sikap positif masyarakat terhadap berbagai karya yang
dihasilkan oleh anggota masyarakatnya merupakan indikasi bahwa masyarakat
tersebut ingin maju lewat karya-karya baru warganya. Kenyataan ini dapat
mendorong masyarakat untuk selalu berprestasi melalui berbagai penemuan-penemuan
baru lewat hasil karya mereka yang diharapkan dapat membawa perubahan dan
kebaikan dalam masyarakatnya.
d.
Toleransi
terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan delik (pelanggaran hukum)
Adanya sikap toleransi terhadap penyimpangan yang terjadi
di masyarakat dalam bentuk penyimpangan dari kebiasaan – kebiasaan hidup
masyarakatnya (akan tetapi bukan penyimpangan dalam arti delik / pelanggaran
hukum) menyebabkan masyarakat memiliki keberanian untuk melakukan hal-hal yang
menyimpang / berbeda dari kebiasaan - kebiasaan yang ada, sehingga terjadi
perubahan di dalam kehidupan masyarakatnya.
e.
Sistem
pelapisan masyarakat (stratifikasi sosial) yang terbuka
Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka merupakan
sistem yang memberikan peluang atau kesempatan kepada setiap warga masyarakat
untuk mengalami mobilitas sosial vertikal secara luas, dimana setiap warga
masyarakat memiliki kesempatan untuk meraih prestasi dan memiliki
kedudukan/status sosial yang lebih tinggi.
f.
Penduduk
yang heterogen
Di dalam masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial yang mempunyai perbedaan latar belakang kebudayaan,
ras, ideologi dan sebagainya, mempermudah terjadinya konflik-konflik dalam
masyarakat, sehingga sering muncul goncangan- goncangan yang mendorong terjadinya
perubahan kehidupan masyarakat.
g.
Ketidakpuasan
masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan
Ketidak puasan yang berkembang di masyarakat dan telah
berlangsung lama, dapat mendorong munculnya sebuah revolusi atau
pemberontakan.
h.
Orientasi
ke masa depan
Masyarakat yang mampu berfikir ke arah masa depan (memiliki
Visi, Misi dan tujuan hidup yang jelas) akan terdorong untuk mewujudkan cita -
cita masa depannya, sehingga tumbuh sebagai masyarakat yang dinamis, kreatif,
yaitu masyarakat yang selalu berusaha menghasilkan penemuan-penemuan baru yang
akan merubah kehidupan masyarakatnya menuju terwujudnya masyarakat yang
dicita-citakan.
i.
Pandangan
bahwa manusia harus senantiasa memperbaiki hidupnya
Berkembangnya keyakinan terhadap nilai – nilai hakekat
hidup di mana manusia agar bisa tetap eksis harus berusaha memperbaiki
hidupnya, menjadi pendorong masyarakat untuk selalu berusaha meningkatkan
kualitas hidupnya dengan berusaha merubah kondisi
hidupnya
ke arah yang lebih baik.
2.
Faktor-Faktor
Penghambat
a.
Kurangnya
hubungan dengan masyarakat lain
Masyarakat yang hidup terasing mengakibatkan tidak
akan mengetahui perkembangan kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat lain.
Biasanya masyarakat tersebut terkungkung pola-pola pemikirannya oleh tradisi,
dan tidak menyadari bahwa masyarakatnya telah tertinggal dibandingkan dengan
masyarakat yang lain, sehingga tidak memiliki gambaran ataupun keinginan untuk
merubah kondisi masyarakatnya agar menjadi lebih maju.
b.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan yang terlambat.
Kondisi masyarakat yang terlambat ilmu pengetahuannya
dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah terjajah lama oleh masyarakat atau
bangsa lain. Selain itu bisa juga terjadi pada masyarakat yang terasing atau
tertutup. Kondisi tersebut melahirkan masyarakat yang statis, dan tidak mampu
berkembang karena keterbatasan ilmu pengetahuannya.
c.
Sikap
masyarakat yang sangat tradisional
Sikap masyarakat yang suka mengagung-agungkan tradisi
dan masa lampau, serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tidak dapat
dirubah, akan menjadi penghambat jalannya proses perubahan, karena masyarakat
dihinggapi rasa takut atau menganggap tabu untuk meninggalkan dan merubah
tradisi lama dengan tradisi yang baru.
d.
Adanya
kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested
interests
Dalam setiap masyarakat terdapat sistem pelapisan /
strtifikasi sosial yang memposisikan sekelompok orang untuk menikmati posisi /
kedudukan sosial pada lapisan atas. Hal ini sering terjadi pada masyarakat
feodal dan masyarakat yang tengah mengalami transisi. Mereka yang memiliki
posisi / kedudukan pada lapisan atas, akan selalu mempertahankan posisi
tersebut dan sukar sekali untuk mau melepaskan kedudukannya.
e.
Rasa
takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
Setiap masyarakat memiliki unsur-unsur budaya yang
dipandang menjadi dasar integrasi bagi keberlangsungan hidup masyarakat yang
harmonis. Oleh sebab itu masyarakat berusaha memelihara dan mempertahankannya
agar keharmonisan tetap terjaga. Masuknya unsur-unsur budaya luar sering
disikapi dengan kekhawatiran dapat menyebakan terjadinya perubahan pada
unsur-unsur kebudayaan tersebut dan menggoyahkan integrasi masyarakatnya,
sehingga cenderung ditolak.
f.
Prasangka
terhadap hal-hal baru ( asing ) atau sikap yang tertutup
Bagi masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa
Barat, prasangka - prasangka negatif serta sikap yang tertutup tersebut masih
sering melekat dengan kuat, karena tidak bisa melupakan pengalaman-pengalaman
pahit yang pernah mereka terima selama dijajah. Karena saat ini hal – hal baru
umumnya datang dari dunia Barat, maka oleh masyarakat disikapi dengan prasangka
sebagai upaya untuk melakukan penjajahan kembali. Oleh sebab itu masuknya
hal-hal baru cenderung ditolak oleh masyarakat.
g.
Hambatan-hambatan
yang bersifat Ideologis
Setiap bangsa atau masyarakat tentu memiliki ideologi
yang mengandung nilai - nilai dasar sebagai pedoman dalam hidup bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat. Oleh sebab itu nilai-nilai ideologi merupakan
nilai universal yang berfungsi sebagai alat pemersatu/integrasi dalam kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat tersebut. Masuknya unsur budaya baru
yang dianggap tidak sesuai apalagi bertentangan dengan nilai-nilai ideologi
tersebut, cenderung akan ditolak karena dikhawatirkan dapat mengganggu
kestabilan dan integrasi dalam kehidupan mereka.
h.
Adat
atau Kebiasaan dalam Masyarakat
Adat atau kebiasaan yang hidup di masyarakat merupakan
pola - pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan
pokoknya. Ada kalanya adat atau kebiasaan tersebut begitu kokoh ternanam dalam
kehidupan masyarakatnya, sehingga sulit untuk diubah, seperti yang berkaitan
dengan bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara
berpakaian tertentu dan sebagainya.
i.
Nilai
bahwa Hidup itu pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki
Berkembangnya nilai-nilai tersebut di dalam masyarakat akan melahirkan
sikap hidup yang apatis. Mereka meyakini bahwa kehidupan di dunia memang penuh
dengan kesusahan dan kesulitan yang dipahami sebagai kodrat yang harus diterima
dan dijalaninya, karena kehidupan tidak mungkin diubah dan diperbaiki.
G.
Dampak
perubahan sosial Terhadap Pendidikan
Implikasi dari perubahan
suatu system budaya yang dianut dalam masyarakat mengakibatkan terjadinya
pengaruh yang signifikan terhadap nilai-nilai budaya tersebut dalam
penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sistem pendidikan harus
memperhatikan nilai-nilai budaya, karena budaya yang ada akan menolong
terjadinya pembudayaan dalam proses pendidikan yang diselenggarakan.10
Pendidikan adalah suatu
bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah, berkembang
dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk
melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur
dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya adalah
pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal,
informal, maupun non formal.
Pendidikan ada karena adanya
suatu masyarakat yang berperan di dalamnya, maka pendidikan dan masyarakat itu
memiliki suatu hubungan yang erat dan ketergantungan. Oleh karena itu
pendidikan merupakan suatu bantuan yang di dalamnya terdapat pengabdian
masyarakat sehingga masyarakat itu semakin berkembang dan maju dengan adanya
suatu pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pematangan da pendewasaan masyarakat.
Pada zaman sekarang ini ada
perubahan sosial yang berjalan begitu cepat namun ada juga yang berjalan dengan
lamban, juga sangat berdampak pada pendidikan, misalnya dengan bertambahnya
penduduk yang cepat maka perlu disediakan sekolah untuk menampung siswa
tersebut, sehingga sarana pendidikanpun juga harus dibangun lebih banyak. Lalu
dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial itu pula kebutuhan masyarakat
terhadap pendidikan guna menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, akan
sangat memerlukan pendidikan guna mempersiapkan masyarakat itu sendiri dalam
menghadapi perkembangan zaman itu.
Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap pendidikan adalah
dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan,
juga dampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada
mutu (quality oriented), yaitu akan peningkatan kualitas pembelajaran
yang berkelanjutan menuju kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan
output yang berkualitas.
Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada
pendidikan, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif,
tetapi ada juga perubahan sosial yang menghasilkan akibat buruk bagi dunia
pendidikan, berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial
terhadap pendidikan :
- Dampak Positif
Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan adalah dapat
meningkatkan taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat
menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut.
- Dampak Negatif
Sedangkan dari sisi negatif
dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan Islam adalah ketidaksiapan
pendidikan menerima perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga
pendidikan harus lebih siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin
berkembang dan terus menerus berubah.[5]
(Syamsidar, 2015).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perubahan sosial
merupakan perubahan kehidupan
masyarakat yang berlangsung secara terus-menerus dan tidak akan pernah
berhenti, karena tidak
ada satu masyarakatpun
yang berhenti pada
suatu titik tertentu
sepanjang masa.
Banyak sekali para ahli yang mengungkapkan tentang teori perubahan social, diantaranya: Teori Evolusi (Evolutionary Theory) menurut terori ini setiap masyarakat berasal
dari bentuk yang sederhana ke
bentuk yang lebih
kompleks (sempurna), masing-masing melewati
proses perkembangan yang
seragam, Teori Siklus (Cyclical Theory) menurut teori ini mereka berpandangan
bahwa proses perubahan
masyarakat bukannya berakhir
pada tahap “terakhir” yang sempurna, tetapi berlanjut menuju tahap kepunahan dan berputar
kembali ke tahap
awal untuk peralihan
selanjutnya, Teori Fungsionalis
(Functionalist Theory) menurut teori ini memandang setiap
elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap
elemen masyarakat lainnya.
Perubahan yang muncul di
suatu bagian masyarakat
akan menimbulkan perubahan
pada bagian yang lain pula. Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial terjadi secara bertahap dan
terus menerus, perubahan ini menimpulkan efek yang beragam bagi masyarakat dan
membuat kehidupan baru yang berbeda dari kehidupan yang sebelumnya, setiap
perubahan pada satu masyarakat akan berpengaruh pula dengan masyarkat yang
lainnya.
Ada berbagai macam bentuk perubahan sosial
yang mengakibatkan keberlangsungan hidup masyarakat menjadi berbeda yaitu: Perubahan kecil dan perubahan besar, perubahan lambat dan perubahan cepat,
perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan. Cepat atau lambat, kecil
atau besar hal itu akan tetap mempengaruhi kehidupan masyarakat dan akan
mengubah kebiasaan hidup masyarkat dari masa kemasa.
Ada tiga hal yang berkenaan
dengan proses perubahan sosial. Pertama, bagaimana ideas mempengaruhi
perubahan-perubahan sosial. Kedua, bagaimana tokoh-tokoh besar dalam sejarah
menimbulkan prubahan besar ditengah-tengah masyarakat. Ketiga, sejauh mana
peranan gerakan-gerakan sosial dan revolusi menimbulkan perubahan struktur
sosial dan norma-norma sosial.
Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial ada dua yaitu: yang bersumber dari dalam dan penyebab perubahan yang bersumber dari Luar. Perubahan yang bersumber dari dalam yaitu perubahan yang dipengaruhi oleh
masyarakat itu sendiri tanpa campur dari luar masyarakat sedangkan yang
bersumber dari luar itu dipengaruhi oleh masyarakat-masyarakat luar yang ikut
merubah kehidupan sosial di suatu masyarakat tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial di pengaruhi oleh
dua hal faktor pendorong dari dalam maupun dari luar, yang bisa menumbuhkan
keinginanya berkembang untuk maju dan dipengaruhi oleh kebudayaan asing juga
sehingga menjadi suatu contoh yang dapat diambil dan diterapkan dimasyarakat
tersebut. adapun faktor Penghambat dapat dipengaruhi juga dari dalam maupun
dari luar masyarakat, kehidupan masyarakat yang masih tradisional dan sulit
menerima suatu hal yang baru dari luar itu menjadi salah satu penghambat
berkembangnya perubahan sosial.
Perubahan sosial pastinya mempunyai dampak bagi kehidupan bermasyarakat hal
ini pula pastinya berdampak akan pendidikan disuatu wilayah, perubahan sosial
terhadap pendidikan memiliki dampak positif yaitu dapat meningkatkan taraf
pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang
siap menghadapi perubahan sosial tersebut, namun selain dampak yang positif ada
pula dampak negatif terhadap pendidikan yaitu ketidaksiapan pendidikan
menerima perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga pendidikan
harus lebih siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan
terus menerus berubah.
B.
Saran
Penulis menyadari masih
banyak kesalahan dalam peyusunan makalah ini, penulis memohon kritik yang
membangun guna memperbaiki karya tulis.
DAFTAR
PUSTAKA
Djazifah, N.
(2012). Modul Perubahan Sosial di Masyarakat Untuk SMA Kelas XII.
YOGYAKARTA: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARYA.
Rakhmat, J. (1999). Rekayasa Sosial. Bandung:
Rosda.
Syamsidar. (2015). Dampak Perubahan Sosial Terhadap
Pendidikan. Al-Irsyad Al-Nafs, 104-106.
[1]
Nur Djazifah, Modul Proses Perubahan
Sosial di Masyarakat, hal. 3-5
[2] Nurdjazifah,
Modul Proses Perubahan Sosial di
Masyarakat, hal. 3-5
[3] Syamsidar,
Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap
Pendidikan, hal. 6-8
[4]
Jalaludin Rakhmat, 1999, Rekayasa Sosial, Bandung : Rosda, hlm.103
[5] Syamsidar,
2015, Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan, Al-Irsyad Al-Nafs,
hal.104-106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar