Rabu, 02 Desember 2020

Ruang Lingkup Perubahan Sosial

 

RUANG LINGKUP PERUBAHAN SOSIAL

Diajukan Untuk Menempuh Tugas Mata Kuliah Rekayasa Perubahan Sosial

Semester 6

Dosen Pembimbing: Aman Nulhaqim, M.Pd



 

 

 



Disusun Oleh :

Dede Eka Safitri (H. 1711129)

Siti Nurfariotul R (H.1711123)

Sinta Suryani (H.1711121)

Suci Rahmawati (H.1711127)

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2020


KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan nikmat jasmani maupun rohani sehingga kami bisa menyusun makalah yang berjudul “ RUANG LINGKUP PERUBAHAN SOSIAL”  tepat waktu, yang diajukan sebagai tugas mata kuliah Rekayasa Perubahan Sosial semester 6. Makalah ini berisi tentang bagaimana perubahan sosial terjadi, apa saja yang mempengaruhi perubahan sosial serta apa dampak dari perubahan sosial itu sendiri terhadap kehidupan bermasyarakat maupun pendidikan.

            Tidak lupa kami sempaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini terutama kepada bapak Aman, M. Pd selaku dosen mata kuliah Rekayasa Perubahan Sosial.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan agar menjadi tolak ukur perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca.

 

                                                            Bogor, ..................................... 2020

           

 

                                                                                                Penyusun

 

 


DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.         Latar Belakang. 1

B.         Rumusan Masalah. 2

C.         Tujuan. 2

BAB II. 3

PEMBAHASAN.. 3

A.         Pengertian Perubahan Sosial 3

B.         Teori Perubahan Sosial 5

C.         Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial 8

D.         Proses Perubahan Sosial 10

E.          Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Sosial 10

F.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan Sosial 12

G.         Dampak perubahan sosial Terhadap Pendidikan. 17

BAB III. 19

PENUTUP. 19

A.         Kesimpulan. 19

B.         Saran. 21

DAFTAR PUSTAKA.. 22

 


BAB I

PENDAHULUAN

    A.             Latar Belakang

Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbanding­an dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-peru­bahan.

Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang meng­alami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.

Perubahan sosial pada masyarakat saat ini sangat cepat dikarenakan proses pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang semakin meningkat, banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial baik itu karena bertambahnya sesuatu ataupun berkurangnya sesuatu. Kita dapat membandingakan kehidupan pada zaman sekarang dengan zaman dulu jika disebutkan apa saja perbedaannya itu pastinya sangat banyak hal itu menjadi dasar bahwa perubahan sosial berlangsung secara terus menerus dari waktu kewaktu. Masyarakat tradisional sudah menjadi masyarakat modern saat ini, perubahan terus terjadi meski secara bertahap.

     B.            Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas kami merumuskan masalah: Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial, bagaimana teori mengenai perubahan sosial, apa saja bentuk-bentuk perubahan sosial, bagaimana proses perubahan sosial, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial, serta bagaimana dampak perubahan sosial terhadap pendidikan?

    C.            Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas kami bertujuan untuk: mengetahui apa yang dimaksud dengan perubahan sosial, mengetahui bagaimana teori mengenai perubahan sosial, mengetahui apa saja bentuk-bentuk perubahan sosial, mengetahui bagaimana proses perubahan sosial, mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial, dan mengetahui bagaimana dampak perubahan sosial terhadap pendidikan.


 

BAB II

 PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Perubahan Sosial

            Perubahan  sosial  merupakan  perubahan  kehidupan  masyarakat  yang  berlangsung secara  terus-menerus   dan  tidak  akan  pernah  berhenti,  karena   tidak   ada  satu  masyarakatpun  yang  berhenti   pada  suatu  titik  tertentu  sepanjang   masa. Artinya, meskipun para Sosiolog memberikan klasifikasi terhadap  masyarakat statis  dan  dinamis,  namun  yang  dimaksud  masyarakat  statis  adalah  masyarakat yang  sedikit  sekali  mengalami  perubahan  dan  berjalan  lambat,  artinya  di  dalam masyarakat statis  tersebut  tetap  mengalami  perubahan.  Adapun  masyarakat dinamis adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat.

            Manusia  memiliki  peran  sangat  penting  terhadap  terjadinya  perubahan masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu  ingin melakukan perubahan, karena manusia memiliki sifat selalu tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, ingin mencari sesuatu yang baru untuk mengubah keadaan agar menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhannya.

            Manusia  sebagai  mahluk  Tuhan,  dibekali  akal-budi  untuk  memenuhi kebutuhannya.  Kelebihan    manusia   terletak   pada   akal-budi  tersebut,   yakni sebagai  potensi  dalam  diri  manusia  yang  tidak  dimiliki  oleh  mahluk   lain. Akal  merupakan  kemampuan  berpikir.  Kemampuan  berpikir  digunakan oleh manusia  untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang dihadapinya.  Budi merupakan bagian dari  kata hati, berupa paduan akal dan perasaan,  yang dapat membedakan  antara  baik  dan  buruk  sesuatu.

Perubahan Sosial Menurut Para Ahli :

1.         Kingsley Davis

Perubahan  sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan  fungsi  masyarakat.  Menurutnya,  timbulnya  pengorganisasian  buruh dalam  masyarakat  kapitalis  telah  menyebabkan  perubahan  dalam hubungan-hubungan  antara  buruh  dengan  majikan,  dan  seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

2.         John Lewis Gillin  dan  John Philip Gillin 

Perubahan  sosial  adalah  suatu  variasi  dari  cara  hidup  yang  diterima,  akibat adanya  perubahan  kondisi  geografis,  kebudayaan  material,  komposisi penduduk,  ideologi,  maupun  karena  adanya  difusi  dan  penemuan  baru dalam masyarakat.

3.         Robert M MacIver

Perubahan-perubahan  sosial  sebagai  perubahan-perubahan  dalam  hubungan sosial  (social  relationships)  atau  sebagai  perubahan  terhadap  keseimbangan ( equilibrium ) hubungan sosial.

4.         Selo Soemarjan

Perubahan  sosial  adalah  perubahan  pada  lembaga-lembaga  kemasyarakatan dalam  suatu  masyarakat  yang  mempengaruhi  sistem  sosialnya,  termasuk di  dalamnya   nilai,  sikap  dan  pola  perilaku  di  antara  kelompok-kelompok dalam masyarakat.

5.         William F. Ogburn

Perubahan  sosial  menekankan  pada  kondisi  teknologis  yang  menyebabkan terjadinya  perubahan  pada  aspek-aspek  kehidupan  sosial,  seperti  kemajuan ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  yang  sangat  berpengaruh  terhadap pola berpikir masyarakat.[1]


B.     Teori Perubahan Sosial

            Terdapat  beberapa  teori yang dapat menjadi landasan bagi kita dalam memahami perubahan  sosial yang berkembang di masyarakat. Teori perubahan sosial tersebut :

1.         Teori Evolusi  ( Evolutionary Theory)

Menurut  James  M.  Henslin  (2007),  terdapat  dua  tipe  teori  evolusi mengenai  cara  masyarakat  berubah,  yakni   teori  unilinier  dan  teori multilinier.

Pandangan  teori  unilinier  mengasumsikan  bahwa  semua  masyarakat mengikuti  jalur  evolusi  yang  sama.  Setiap  masyarakat  berasal  dari bentuk yang  sederhana  ke  bentuk  yang  lebih  kompleks (sempurna), masing-masing  melewati  proses  perkembangan  yang  seragam.  Salah  satu dari teori ini  yang pernah mendominasi pemikiran Barat adalah teori evolusi dari  Lewis  Morgan,  yang  menyatakan  bahwa  semua  masyarakat berkembang  melalui  tiga  tahap yaitu  kebuasan,  barbarisme, dan  peradaban. Dalam pandangan Morgan, Inggris (masyarakatnya sendiri) adalah  contoh peradaban. Semua masyarakat lain ditakdirkan  untuk  mengikutinya.

Pandangan  teori  multilinier  menggantikan  teori  unilinier  dengan tidak mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang sama, artinya  meskipun  jalurnya  mengarah  ke  industrialisasi,  masyarakat  tidak perlu melewati urutan tahapan yang sama seperti masyarakat yang lain.

Inti  teori  evolusi,  baik  yang  unilinier  maupun  multilinier,  ialah  asumsi mengenai  kemajuan  budaya,  di  mana  kebudayaan  Barat  dianggap  sebagai tahap  kebudayaan  yang  maju  dan  superior atau sempurna.  Namun,  ide  ini terbantahkan  dengan  semakin  meningkatnya  apresiasi  terhadap  kayanya  keanekaragaman (dan kompleksitas) dari kebudayaan suku bangsa di dunia.

Di samping itu,  masyarakat Barat  sekarang berada dalam  krisis  (rasisme, perang,  terorisme,  perkosaan,  kemiskinan,  jalanan  yang  tidak  aman, perceraian,  sex  bebas,  narkoba,  AIDS  dan  sebagainya  dan  tidak  lagi dianggap berada di puncak kebudayaan manusia.

2.         Teori Siklus  ( Cyclical Theory )

Menurut   PB  Horton  dan  CL  Hunt  (  1992  )  dalam  bukunya “Sociology”,  para  penganut  teori  siklus  juga  melihat  adanya  sejumlah tahapan  yang  harus  dilalui  oleh  masyarakat,  tetapi  mereka  berpandangan bahwa  proses  perubahan  masyarakat  bukannya  berakhir  pada  tahap “terakhir”  yang sempurna, tetapi berlanjut menuju  tahap kepunahan  dan berputar  kembali  ke  tahap  awal  untuk  peralihan  selanjutnya.  Beberapa dari penganut teori siklus tersebut dipaparkan sebagai berikut :

Menurut  pandangan  seorang  ahli  filsafat  Jerman,  Oswald  Spengler (1880-1936)  setiap  peradaban  besar  mengalami  proses  pentahapan kelahiran,  pertumbuhan,  dan  keruntuhan.  Oswald  Spengler  terkenal  dengan karyanya “The Decline of the West” / Keruntuhan Dunia Barat.

Pitirim  Sorokin  (1889-1968)  seorang  ahli  Sosiologi  Rusia berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan  yang  berputar  tanpa  akhir,  yang  meliputi:   kebudayaan ideasional  (ideational  cultural)  yang  didasari  oleh  nilai-nilai  dan kepercayaan  terhadap  unsur  adikodrati  (super  natural), kebudayaan idealistis (idealistic culture)  di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati dan  rasionalitas  yang  berdasarkan  fakta  bergabung  dalam  menciptakan masyarakat  ideal,   dan kebudayaan  sensasi  (sensate  culture)  di  mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

Arnold  Toynbee  ( 1889-1975), seorang sejarawan Inggris juga menilai bahwa  peradaban  besar  berada  dalam  siklus  kelahiran,  pertumbuhan, keruntuhan,  dan  kematian.  Menurutnya  peradaban  besar  muncul  untuk menjawab tantangan tertentu, tetapi semuanya telah punah kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini juga tengah beralih menuju ke tahap kepunahannya.

3.         Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )

Penganut  teori  ini  memandang  setiap  elemen  masyarakat  memberikan fungsi  terhadap  elemen  masyarakat  lainnya.  Perubahan  yang  muncul di  suatu  bagian  masyarakat  akan  menimbulkan  perubahan  pada  bagian yang lain pula. Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses  pengacauan  itu  berhenti  pada  saat  perubahan  tersebut  telah diintegrasikan  ke  dalam  kebudayaan   (menjadi  cara  hidup  masyarakat).  Oleh  sebab  itu  menurut   teori  ini  unsur  kebudayaan  baru  yang  memiliki fungsi  bagi  masyarakat  akan  diterima,  sebaliknya  yang  disfungsional akan ditolak.

Menurut sosiolog William Ogburn, meskipun unsur - unsur masyarakat saling berhubungan, beberapa unsurnya bisa berubah sangat cepat sementara unsur yang lain berubah  secara lambat, sehingga terjadi apa yang disebutnya dengan  ketertinggalan  budaya  (cultural  lag)   yang  mengakibatkan terjadinya  kejutan  sosial  pada  masyarakat,  sehingga  mengacaukan keseimbangan  dalam  masyarakat.  Menurutnya,  perubahan  benda-benda budaya   materi atau teknologi  berubah  lebih  cepat  daripada  perubahan  dalam budaya  non  materi ataupun sistem  dan  struktur  sosial.  Dengan  kata  lain,  kita berusaha mengejar teknologi yang terus berubah, dengan mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan teknologi ( Henslin, 2007 ).

4.         Teori Konflik ( Conflict Theory )

Menurut  pengikut  teori  ini,  yang  konstan  (tetap  terjadi)  dalam kehidupan  masyarakat  adalah  konflik  sosial,  bukannya  perubahan. Perubahan  hanyalah  merupakan  akibat  dari  adanya  konflik  dalam masyarakat,  yakni  terjadinya  pertentangan  antara  kelas  kelompok  penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga demikian adanya. Menurut  Karl  Marx,  konflik  kelas  sosial  merupakan  sumber  yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Perubahan akan menciptakan kelompok dan kelas sosial baru.

Konflik antar kelompok dan  kelas  sosial  baru  tersebut  akan  melahirkan  perubahan  berikutnya. Menurutnya, konflik paling tajam akan terjadi antara kelas Proletariat (buruh yang  digaji)  dengan  kelas  Borjuis  (kapitalis/pemilik  industri)  yang  diakhiri oleh  kemenangan  kelas  proletariat,  sehingga  terciptalah  masyarakat  tanpa kelas  (PB  Horton  dan  CL. Hunt, 1992).  Namun  asumsi  Marx  terhadap terciptanya  masyarakat  tanpa  kelas  tersebut  sampai  saat  ini  tidak  terbukti.  Artinya kehidupan masyarakat tetap diwarnai adanya perbedaan kelas sosial.

C.    Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial

1.        Perubahan lambat dan perubahan cepat

Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usahausaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisikondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan revolusi  adalah  perubahan  pada  struktur  masyarakat. Suatu  masyarakat  pada  masa tertentu  bentuknya  sangat  sederhana, namun  karena  msyarakat  mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks.

Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsurunsur  kehidupan  atau  lembaga-lembaga  kemasyarakatan  yang  berlangsung  relatif  cepat. Sering kali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam  masyarakat,  ketegangan-ketegangan  tersebut  sulit  dihindari  bahkan  semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Revolusi adalah wujud perubahan sosial.[2] (Djazifah, 2012).

5.         Perubahan kecil dan perubahan besar

Perubahan  yang  terjadi  pada  unsur-unsur  struktur  sosial yang  tidak membawa pengaruh  langsung  atau  pengaruh  yang  berarti  bagi  masyarakat. Contoh perubahan kecil  adalah perubahan mode  rambut atau perubahan  mode pakaian. Sebaliknya,  perubahan  besar  adalah  perubahan  yang  terjadi  pada  unsur-unsur  struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk adan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat. Perubahan yang  dikehendaki  atau  direncanakan  dan  perubahan  yang  tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.

6.         Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan

Merupakan perubahan yang telah  diperkirakan  atau  direncanakan  terlebih  dahulu  oleh  pihak-pihak  yang  hendak melakukan perubahan di  masyarakat.  Pihak-pihak  tersebut  dinamakan agen  of  change, yaitu  seseorang  atau  sekelompok  orang  yang  mendapat  kepercayaan  masyarakat  untuk memimpin  satu  atau  lebih  lembaga-lembaga  kemasyarakatan  yang  bertujuan  untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan  atau  perubahan  tatanan  pemerintahan,  misalnya  perubahan tata pemerintahan orde baru menjadi tata pemerintahan orde reformasi.

Perubahan yang tidak dikehendaki  atau  yang  tidak direncanakan  merupakan  perubahan  yang  terjadi  di  luar jangkauan  pengawasan  masyarakat  dan  dapat  menyebabkan  timbulnya  akibat-akibat sosial  yang  tidak  diharapkan.  Contoh  perubahan  yang  tidak  dikehendaki  atau  tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan orde lama ke orde baru dan peralihan tatanan orde baru ke orde reformasi.[3]

    D.            Proses Perubahan Sosial

Ada tiga hal yang berkenaan dengan proses perubahan sosial. Pertama, bagaimana ideas mempengaruhi perubahan-perubahan sosial. Kedua, bagaimana tokoh-tokoh besar dalam sejarah menimbulkan prubahan besar ditengah-tengah masyarakat. Ketiga, sejauh mana peranan gerakan-gerakan sosial dan revolusi menimbulkan perubahan struktur sosial dan norma-norma sosial. (Rakhmat, 1999)[4].

Pudjiwati Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia adalah penyebab suatu perubahan. Manusia sering tidak puas dan bosan pada satu keadaan dan berusaha untuk mencari cara atau alternatif lainnya untuk menghilangkan kebosanannya dan menemukan cara baru yang lebih menyenangkan, mudah dan murah. Bisa kita lihat pada revolusi teknologi transportasi yang demikian canggih hingga berakibat pada perubahan pola mobilitas manusia. (Syamsidar, 2015).

    E.            Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Sosial

  1. Penyebab Perubahan yang Bersumber dari Dalam

a.       Berkurang dan bertambahnya penduduk

Bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama dalam lembaga - lembaga kemasyarakatannya ( dalam bentuk aturan / norma sosial).

Berkurangnya penduduk dapat disebabkan karena penduduk berpindah ke daerah lain. Kondisi ini dapat mengakibatkan kekosongan dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, sehingga memepengaruhi lembaga - lembaga kemasyarakatan.

b.      Penemuan-penemuan baru

Di dalam kehidupan masyarakat dapat ditemukan beberapa faktor pendorong untuk memunculkan penemuan-penemuan baru, antara lain:

1)      Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaan.

2)      Peningkatan kualitas oleh para ahli dalam suatu kebudayaan.

3)      Adanya perangsang bagi aktivitas – aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

c.       Pertentangan ( Conflict)

Pertentangan yang terjadi antara individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan kelompok dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial masyarakatnya. Seperti yang sering terjadi pada masyarakat yang tengah mengalami pergeseran dari masyarakat traditional menuju masyarakat modern, pertentangan terjadi antara kelompok generasi tua dengan kelompok generasi muda yang lebih cepat menerima unsur-unsur kebudayaan modern.

d.      Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

Terjadinya pemberontakan atau Revolusi dalam sutau pemerintahan negara akan meyebabkan terjadinya perubahan-perubahan besar dalam kehidupan negara tersebut. Seluruh lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.

2.      Penyebab Perubahan yang Bersumber dari Luar

a.       Lingkungan alam fisik

Perubahan yang disebabkan oleh lingkungan alam fisik dapat berupa bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, angin taufan dan sebagainya, maupun berupa tindakan manusia yang tidak terkontrol sehingga merusak lingkungan, seperti penebangan hutan secara liar yang menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor. Kondisi ini mengakibatkan penduduk harus pindah ke daerah yang lebih aman dan berbeda dengan kondisi lingkungan yang lama. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di daerah yang baru, maka berkembanglah lembaga - lembaga kemasyarakatan baru untu menjaga agar kehidupan masyarakat tetap dapat berjalan.

b.      Peperangan

Terjadinya peperangan antar negara dapat mengakibatkan perubahan bagi negara yang mengalami kekalahan, karena negara yang kalah akan menjadi negara terjajah dan harus mengikuti pola kehidupan politik baru sesuai dengan kehendak negara yang memenangkan peperangan tersebut. Karena negara yang menang biasanya akan memaksakan kehendaknya pada negara yang kalah.

c.       Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Masuknya pengaruh kebudayaan masyarakat lain bisa terjadi karena adanya hubungan fisik antara dua masyarakat, yang diikuti adanya pengaruh timbal balik sehingga masing - masing masyarakat akan mengalami perubahan.

Masuknya pengaruh kebudayaan masyarakat lain juga bisa terjadi secara sepihak, misalnya melalui media massa (siaran TV), masyarakat pemirsa siaran TV dapat terpengaruh oleh isi siaran yang ditayangkan.

     F.            Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan Sosial

1.      Faktor-faktor pendorong

a.       Kontak dengan kebudayaan lain

Masyarakat yang mengalami kontak dengan kebudayaan lain (sebagai kebudayaan baru) cenderung akan terpengaruh oleh kebudayaan tersebut sehingga menghasilkan perubahan dalam kehidupan masyarakatnya. Proses tersebut berlangsung melalui difusi (diffusion) yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke individu atau masyarakat lain.

b.      Sistem pendidikan formal yang maju

Pendidikan akan memberikan nilai-nilai tertentu kepada manusia terutama dalam membuka pikirannya, menerima hal - hal baru, maupun cara berfikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir secara obyektif, rasional dan melihat ke masa depan, berusaha menciptakan kehidupan yang lebih maju.

c.       Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

Sikap positif masyarakat terhadap berbagai karya yang dihasilkan oleh anggota masyarakatnya merupakan indikasi bahwa masyarakat tersebut ingin maju lewat karya-karya baru warganya. Kenyataan ini dapat mendorong masyarakat untuk selalu berprestasi melalui berbagai penemuan-penemuan baru lewat hasil karya mereka yang diharapkan dapat membawa perubahan dan kebaikan dalam masyarakatnya.

d.      Toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan delik (pelanggaran hukum)

Adanya sikap toleransi terhadap penyimpangan yang terjadi di masyarakat dalam bentuk penyimpangan dari kebiasaan – kebiasaan hidup masyarakatnya (akan tetapi bukan penyimpangan dalam arti delik / pelanggaran hukum) menyebabkan masyarakat memiliki keberanian untuk melakukan hal-hal yang menyimpang / berbeda dari kebiasaan - kebiasaan yang ada, sehingga terjadi perubahan di dalam kehidupan masyarakatnya.

e.       Sistem pelapisan masyarakat (stratifikasi sosial) yang terbuka

Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka merupakan sistem yang memberikan peluang atau kesempatan kepada setiap warga masyarakat untuk mengalami mobilitas sosial vertikal secara luas, dimana setiap warga masyarakat memiliki kesempatan untuk meraih prestasi dan memiliki kedudukan/status sosial yang lebih tinggi.

f.        Penduduk yang heterogen

Di dalam masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai perbedaan latar belakang kebudayaan, ras, ideologi dan sebagainya, mempermudah terjadinya konflik-konflik dalam masyarakat, sehingga sering muncul goncangan- goncangan yang mendorong terjadinya perubahan kehidupan masyarakat.

g.      Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan

Ketidak puasan yang berkembang di masyarakat dan telah berlangsung lama, dapat mendorong munculnya sebuah revolusi atau pemberontakan.

h.      Orientasi ke masa depan

Masyarakat yang mampu berfikir ke arah masa depan (memiliki Visi, Misi dan tujuan hidup yang jelas) akan terdorong untuk mewujudkan cita - cita masa depannya, sehingga tumbuh sebagai masyarakat yang dinamis, kreatif, yaitu masyarakat yang selalu berusaha menghasilkan penemuan-penemuan baru yang akan merubah kehidupan masyarakatnya menuju terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan.

i.        Pandangan bahwa manusia harus senantiasa memperbaiki hidupnya

Berkembangnya keyakinan terhadap nilai – nilai hakekat hidup di mana manusia agar bisa tetap eksis harus berusaha memperbaiki hidupnya, menjadi pendorong masyarakat untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas hidupnya dengan berusaha merubah kondisi

hidupnya ke arah yang lebih baik.

2.      Faktor-Faktor Penghambat

a.       Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Masyarakat yang hidup terasing mengakibatkan tidak akan mengetahui perkembangan kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat lain. Biasanya masyarakat tersebut terkungkung pola-pola pemikirannya oleh tradisi, dan tidak menyadari bahwa masyarakatnya telah tertinggal dibandingkan dengan masyarakat yang lain, sehingga tidak memiliki gambaran ataupun keinginan untuk merubah kondisi masyarakatnya agar menjadi lebih maju.

b.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang terlambat.

Kondisi masyarakat yang terlambat ilmu pengetahuannya dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah terjajah lama oleh masyarakat atau bangsa lain. Selain itu bisa juga terjadi pada masyarakat yang terasing atau tertutup. Kondisi tersebut melahirkan masyarakat yang statis, dan tidak mampu berkembang karena keterbatasan ilmu pengetahuannya.

c.       Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Sikap masyarakat yang suka mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau, serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tidak dapat dirubah, akan menjadi penghambat jalannya proses perubahan, karena masyarakat dihinggapi rasa takut atau menganggap tabu untuk meninggalkan dan merubah tradisi lama dengan tradisi yang baru.

d.      Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests

Dalam setiap masyarakat terdapat sistem pelapisan / strtifikasi sosial yang memposisikan sekelompok orang untuk menikmati posisi / kedudukan sosial pada lapisan atas. Hal ini sering terjadi pada masyarakat feodal dan masyarakat yang tengah mengalami transisi. Mereka yang memiliki posisi / kedudukan pada lapisan atas, akan selalu mempertahankan posisi tersebut dan sukar sekali untuk mau melepaskan kedudukannya.

e.       Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

Setiap masyarakat memiliki unsur-unsur budaya yang dipandang menjadi dasar integrasi bagi keberlangsungan hidup masyarakat yang harmonis. Oleh sebab itu masyarakat berusaha memelihara dan mempertahankannya agar keharmonisan tetap terjaga. Masuknya unsur-unsur budaya luar sering disikapi dengan kekhawatiran dapat menyebakan terjadinya perubahan pada unsur-unsur kebudayaan tersebut dan menggoyahkan integrasi masyarakatnya, sehingga cenderung ditolak.

f.        Prasangka terhadap hal-hal baru ( asing ) atau sikap yang tertutup

Bagi masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa Barat, prasangka - prasangka negatif serta sikap yang tertutup tersebut masih sering melekat dengan kuat, karena tidak bisa melupakan pengalaman-pengalaman pahit yang pernah mereka terima selama dijajah. Karena saat ini hal – hal baru umumnya datang dari dunia Barat, maka oleh masyarakat disikapi dengan prasangka sebagai upaya untuk melakukan penjajahan kembali. Oleh sebab itu masuknya hal-hal baru cenderung ditolak oleh masyarakat.

g.      Hambatan-hambatan yang bersifat Ideologis

Setiap bangsa atau masyarakat tentu memiliki ideologi yang mengandung nilai - nilai dasar sebagai pedoman dalam hidup bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Oleh sebab itu nilai-nilai ideologi merupakan nilai universal yang berfungsi sebagai alat pemersatu/integrasi dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat tersebut. Masuknya unsur budaya baru yang dianggap tidak sesuai apalagi bertentangan dengan nilai-nilai ideologi tersebut, cenderung akan ditolak karena dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan dan integrasi dalam kehidupan mereka.

h.      Adat atau Kebiasaan dalam Masyarakat

Adat atau kebiasaan yang hidup di masyarakat merupakan pola - pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Ada kalanya adat atau kebiasaan tersebut begitu kokoh ternanam dalam kehidupan masyarakatnya, sehingga sulit untuk diubah, seperti yang berkaitan dengan bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu dan sebagainya.

i.        Nilai bahwa Hidup itu pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki

Berkembangnya nilai-nilai tersebut di dalam masyarakat akan melahirkan sikap hidup yang apatis. Mereka meyakini bahwa kehidupan di dunia memang penuh dengan kesusahan dan kesulitan yang dipahami sebagai kodrat yang harus diterima dan dijalaninya, karena kehidupan tidak mungkin diubah dan diperbaiki.

    G.            Dampak perubahan sosial Terhadap Pendidikan

Implikasi dari perubahan suatu system budaya yang dianut dalam masyarakat mengakibatkan terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap nilai-nilai budaya tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sistem pendidikan harus memperhatikan nilai-nilai budaya, karena budaya yang ada akan menolong terjadinya pembudayaan dalam proses pendidikan yang diselenggarakan.10

Pendidikan adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal, maupun non formal.

Pendidikan ada karena adanya suatu masyarakat yang berperan di dalamnya, maka pendidikan dan masyarakat itu memiliki suatu hubungan yang erat dan ketergantungan. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu bantuan yang di dalamnya terdapat pengabdian masyarakat sehingga masyarakat itu semakin berkembang dan maju dengan adanya suatu pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pematangan da pendewasaan masyarakat.

Pada zaman sekarang ini ada perubahan sosial yang berjalan begitu cepat namun ada juga yang berjalan dengan lamban, juga sangat berdampak pada pendidikan, misalnya dengan bertambahnya penduduk yang cepat maka perlu disediakan sekolah untuk menampung siswa tersebut, sehingga sarana pendidikanpun juga harus dibangun lebih banyak. Lalu dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial itu pula kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan guna menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, akan sangat memerlukan pendidikan guna mempersiapkan masyarakat itu sendiri dalam menghadapi perkembangan zaman itu.

Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap pendidikan adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan, juga dampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu (quality oriented), yaitu akan peningkatan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menuju kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang berkualitas.

Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang menghasilkan akibat buruk bagi dunia pendidikan, berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan :

  1. Dampak Positif

Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan adalah dapat meningkatkan taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut.

  1. Dampak Negatif

Sedangkan dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan Islam adalah ketidaksiapan pendidikan menerima perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga pendidikan harus lebih siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus menerus berubah.[5] (Syamsidar, 2015).

 


BAB III

PENUTUP

 

A.     Kesimpulan

Perubahan  sosial  merupakan  perubahan  kehidupan  masyarakat  yang  berlangsung secara  terus-menerus dan tidak  akan  pernah  berhenti,  karena   tidak   ada  satu  masyarakatpun  yang  berhenti   pada  suatu  titik  tertentu  sepanjang   masa.

Banyak sekali para ahli yang mengungkapkan tentang teori perubahan social, diantaranya: Teori Evolusi  (Evolutionary Theory) menurut terori ini setiap  masyarakat  berasal  dari bentuk yang  sederhana  ke  bentuk  yang  lebih  kompleks (sempurna), masing-masing  melewati  proses  perkembangan  yang  seragam, Teori Siklus  (Cyclical Theory) menurut teori ini mereka  berpandangan bahwa  proses  perubahan  masyarakat  bukannya  berakhir  pada  tahap “terakhir”  yang sempurna, tetapi berlanjut menuju  tahap kepunahan  dan berputar  kembali  ke  tahap  awal  untuk  peralihan  selanjutnya, Teori Fungsionalis (Functionalist Theory) menurut teori ini memandang  setiap  elemen  masyarakat  memberikan fungsi  terhadap  elemen  masyarakat  lainnya.  Perubahan  yang  muncul di  suatu  bagian  masyarakat  akan  menimbulkan  perubahan  pada  bagian yang lain pula. Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial terjadi secara bertahap dan terus menerus, perubahan ini menimpulkan efek yang beragam bagi masyarakat dan membuat kehidupan baru yang berbeda dari kehidupan yang sebelumnya, setiap perubahan pada satu masyarakat akan berpengaruh pula dengan masyarkat yang lainnya.

Ada berbagai macam bentuk perubahan sosial yang mengakibatkan keberlangsungan hidup masyarakat menjadi berbeda yaitu: Perubahan kecil dan perubahan besar, perubahan lambat dan perubahan cepat, perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan. Cepat atau lambat, kecil atau besar hal itu akan tetap mempengaruhi kehidupan masyarakat dan akan mengubah kebiasaan hidup masyarkat dari masa kemasa.

Ada tiga hal yang berkenaan dengan proses perubahan sosial. Pertama, bagaimana ideas mempengaruhi perubahan-perubahan sosial. Kedua, bagaimana tokoh-tokoh besar dalam sejarah menimbulkan prubahan besar ditengah-tengah masyarakat. Ketiga, sejauh mana peranan gerakan-gerakan sosial dan revolusi menimbulkan perubahan struktur sosial dan norma-norma sosial.

Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial ada dua yaitu: yang bersumber dari dalam dan penyebab perubahan yang bersumber dari Luar. Perubahan yang bersumber dari dalam yaitu perubahan yang dipengaruhi oleh masyarakat itu sendiri tanpa campur dari luar masyarakat sedangkan yang bersumber dari luar itu dipengaruhi oleh masyarakat-masyarakat luar yang ikut merubah kehidupan sosial di suatu masyarakat tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial di pengaruhi oleh dua hal faktor pendorong dari dalam maupun dari luar, yang bisa menumbuhkan keinginanya berkembang untuk maju dan dipengaruhi oleh kebudayaan asing juga sehingga menjadi suatu contoh yang dapat diambil dan diterapkan dimasyarakat tersebut. adapun faktor Penghambat dapat dipengaruhi juga dari dalam maupun dari luar masyarakat, kehidupan masyarakat yang masih tradisional dan sulit menerima suatu hal yang baru dari luar itu menjadi salah satu penghambat berkembangnya perubahan sosial.

Perubahan sosial pastinya mempunyai dampak bagi kehidupan bermasyarakat hal ini pula pastinya berdampak akan pendidikan disuatu wilayah, perubahan sosial terhadap pendidikan memiliki dampak positif yaitu dapat meningkatkan taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut, namun selain dampak yang positif ada pula dampak negatif terhadap pendidikan yaitu ketidaksiapan pendidikan menerima perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga pendidikan harus lebih siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus menerus berubah.

B.    Saran

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam peyusunan makalah ini, penulis memohon kritik yang membangun guna memperbaiki karya tulis.


DAFTAR PUSTAKA

 

 Djazifah, N. (2012). Modul Perubahan Sosial di Masyarakat Untuk SMA Kelas XII. YOGYAKARTA: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARYA.

Rakhmat, J. (1999). Rekayasa Sosial. Bandung: Rosda.

Syamsidar. (2015). Dampak Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan. Al-Irsyad Al-Nafs, 104-106.


 



[1] Nur Djazifah, Modul Proses Perubahan Sosial di Masyarakat, hal. 3-5

[2] Nurdjazifah, Modul Proses Perubahan Sosial di Masyarakat, hal. 3-5

 

[3] Syamsidar, Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan, hal. 6-8

[4] Jalaludin Rakhmat, 1999, Rekayasa Sosial, Bandung : Rosda, hlm.103

[5] Syamsidar, 2015, Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan, Al-Irsyad Al-Nafs, hal.104-106

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mutiara

 #katakatabijak #katamutiara #katamuslimah #quotes #quotesmuslimah